Bangkalan, mediajatim.com — Sosok KH. Muhammad Kholil Yasin sudah tidak asing lagi di Madura, apalagi di kalangan jemaahnya yang sudah meluas dari Bangkalan, Sampang, Pamekasan hingga Sumenep.
Sosok kiai muda ini berasal dari Dusun Pao Kejing, Desa Durjan, Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkalan.
Ia sudah menjadi penceramah sejak 2020. Karena cara ceramahnya yang lucu dan kocak, kiai kelahiran 12 Juni 1987 itu terus dibanjiri undangan hingga saat ini.
Dari saking padatnya jadwal ceramahnya, kiai Kholil jarang ada di kediamannya. “Saya baru bisa berada di rumah saat pagi usai subuh, hingga pukul 07.00 WIB. Setelah itu sudah padat,” kata kiai Kholil sambil tertawa, Rabu (31/1/2024).
Kiai Kholil mengaku tidak menyangka bisa menjadi penceramah terkenal dengan jadwal ceramah yang padat seperti saat ini. “Padahal saya bukan keturunan kiai atau ulama. Ini barokah dari para guru,” ungkapnya.
Lebih lanjut penceramah jebolan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hamidiyah dan Pascasarjana Universitas Sunan Giri Surabaya itu mengatakan, bakat cerahnya sejatinya sudah muncul sejak sering presentasi di bangku kuliah.
“Saya ini sering mengatakan apa adanya. Hal itu kata teman-teman lucu, tapi tetap memiliki poin penting,” ujar kiai lulusan Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Senasen, Kecamatan Konang tersebut.
Dirinya meyakini bahwa takdir yang sudah dilalui manusia adalah jalan yang sudah dianugerahi Allah Swt. Termasuk takdir sebagai pencemaran terkenal di Madura, tentu juga sudah anugrah dari Tuhan yang Maha Esa.
“Soal takdir, ini sudah tentu kuasa Allah Swt., tetapi soal barokah guru, ini menjadi kekuatan dan kebanggaan bagi kami para santrinya,” paparnya.
Kiai Yasin menambahkan bahwa selama berceramah dirinya tidak pernah menggurui jemaahnya.
“Tidak perlu menggurui para jemaah. Cukup saling mengintrospeksi diri dalam berbagai hal, seperti tanggung jawab kepada Allah Swt., aktivitas keseharian yang masih banyak keteledoran dan salah, atau kebiasaan kita yang sering lupa pada hal-hal kecil yang menyakiti orang lain,” paparnya.
Terkait metode ceramah, terang kiai Kholil, memang sengaja dikemas lucu. “Karena masyarakat Madura suka pada hal-hal yang lucu. Selain bisa membuat mereka tertawa, pesan-pesan ceramah juga bisa mudah masuk dalam pikirannya,” jelasnya.
Kiai yang saat ini masih berusia 37 tahun itu kini tengah memperluas ceramahnya di media sosial miliknya. Karenanya, sejak 2021 lalu, ceramahnya sudah banyak beredar di medsos.
“Saya ingin memperluas jangkauan ceramah. Saya juga sambil lalu belajar untuk menjadi sosok yang terus berkembang, salah satunya dengan mengikuti tren dan teknologi informasi,” pungkasnya.(hel/faj)