Pamekasan, mediajatim.com — Budi Hariyanto tidak hanya dikenal sebagai pelukis. Pria yang bernama pena BH. Riyanto itu juga dikenal sebagai penulis puisi.
Pria kelahiran 15 Oktober 1973 itu melahirkan buku puisi pertama pada 2013 berjudul “Pesan Pendek dari Tuhan”.
Buku kedua terbit pada 2015 berjudul, “Suramadu: Kisah Kau-Aku”. Buku berjudul, “Hujan yang Mengguyur di Sepanjang Ingatan” menjadi buku ketiga BH. Riyanto pada 2015.
Buku keempat lahir pada saat Covid-19 masuk ke Indonesia berjudul, “La’ang”.
“Buku kelima saya, Musim Orang Mati. Terbit Januari 2024. Desain sampulnya adalah lukisan masker kesayangan, lukisan orang bermasker,” ungkap BH. Riyanto kepada mediajatim.com, Jumat (1/3/2024).
Di dalam buku ini ada 68 puisi. Salah satunya berjudul, “Degup Januari” yang bertitimangsa 2021. Demikian baitnya;
Masih saja ada derai duka
di antara degup Januari yang basah
Hari-hari bermata hantu
mengintai di balik pintu
Ketakutan-ketakutan bertahta
di sudut musim yang gulita
Masih saja ada nyeri luka
di antara isak segala doa
masih saja
Tuhan dekaplah kami!
BH. Riyanto menuturkan, bahwa dirinya menulis puisi semata-mata hanya karena tidak ingin melewatkan fenomena di dalam dan di luar dirinya.
“Yang ingin saya sampaikan adalah tentang fenomena, momentum di luar dan di dalam diri,” bebernya.
Guru Seni SMAN 1 Pademawu Pamekasan itu mengatakan, bahwa fenomena itu kadang terjadi begitu tiba-tiba.
“Bagi seorang seniman atau penyair, fenomena itu harus segera ditangkap dan dicatat, karena itu adalah bentuk lain dari penulisan sejarah versi penyair,” tuturnya.
Selebihnya, dia berharap apa yang dia tulis menjadi puisi mampu memberikan sumbangsih bagi pembaca.
“Semoga yang tertuang dalam buku puisi menjadi pelajaran dan hikmah dari apa yang terjadi,” pungkasnya.(*/ky)