Spesialis Mikrobiologi RSUD Smart Pamekasan: Tak Tepat Pilek Diobati Antibiotik, Diare dengan Super Tetra!

Media Jatim
Dr Mala RS Smart Pamekasan
(Rena Yunita J/Media Jatim) Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik RSUD Smart Pamekasan dr.Swiandini Kumala saat ditemui di ruang praktek Unit Laboratorium, Kamis (4/4/2024).

Pamekasan, mediajatim.com – Infeksi juga menjadi masalah kesehatan yang cukup berbahaya. Infeksi bisa dipicu oleh mikroorganisme patogen yang salah satunya adalah bakteri.

Pengobatan infeksi ini memerlukan antibiotik yang penggunaannya seringkali tidak tepat atau irasional. Bukannya sembuh, antibiotik ini justru bisa menyebabkan resistensi bakteri pada tubuh pasien dan memunculkan penyakit baru hingga kerusakan organ dan berakhir pada kematian.

Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik RSUD Smart Pamekasan dr. Swiandini Kumala menjelaskan bahwa penggunaan antibiotik adalah khusus untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri bukan virus ataupun parasit.

“Antibiotik khusus untuk menginfeksi bakteri patogen, bukan untuk infeksi virus, jamur, atau parasit. Yang selama ini terjadi di masyarakat kita, sakit batuk, pilek, demam dihantam dengan antibiotik, diare dengan super tetra, bahkan gatal-gatal diberi amoxicillin, itu sudah tidak tepat pada indikasinya,” paparnya kepada mediajatim.com, Kamis (4/4/2024).

Baca Juga:  Dalam Diskusi yang Digelar Bawaslu Pamekasan, PWI Tegaskan Wartawan Tak Boleh Terpolarisasi Calon Tertentu!

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai indikasi dan dosisnya, lanjut dr. Mala, menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotik yang digunakan.

“Di tubuh kita banyak flora normal atau bakteri baik yang menguntungkan, baik itu di kulit maupun di pencernaan. Antibiotik ini akan membunuh flora normal yang bersifat sensitif, sedangkan yang resisten terhadap antibiotik akan tetap hidup,” jelasnya.

dr. Mala juga menuturkan, flora normal yang resisten terhadap antibiotik akan dengan mudah menginfeksi seseorang ketika kondisi pertahanan tubuh sedang menurun.

“Ketika tubuh sudah terinfeksi bakteri yang resisten antibiotik, maka untuk pengobatannya membutuhkan antibiotik dengan level yang lebih tinggi dan tentunya dengan biaya yang lebih besar. Bisa mencapai jutaan untuk satu kali injeksi,” bebernya.

Baca Juga:  Target PAD 2024 Naik hingga Rp8,9 Miliar, Pemkab Bangkalan Turunkan Tarif PBB Lahan Produktif

Lebih lanjut dr. Mala menerangkan ada bahaya yang mengancam di kemudian hari jika penggunaan antibiotik secara tidak rasional ini berlanjut.

“Infeksi bakteri yang sudah tidak bisa ditekan dengan antibiotik, pertumbuhannya semakin berkembang dan menginfeksi ke organ-organ lain yang disebut Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS), yang akhirnya pasien meninggal,” ungkapnya.

Karena itu, dr. Mala mengimbau kepada masyarakat untuk bijaksana menggunakan antibiotik atas kesadaran sendiri.

“Misal sakit cukup dengan obat-obatan simtomatis terlebih dahulu, jika tidak membaik periksakan ke dokter, nanti dokter yang meresepkan antibiotiknya,” tutupnya.(fit/ky)