Pamekasan, medijatim.com — Salah seorang keluarga pasien RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo (Smart) Pamekasan salah paham dengan pelayanan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit setempat.
Informasi yang peroleh mediajatim.com, keluarga pasien ini menganggap petugas di ruang IGD RSUD Smart Pamekasan tidak serius menangani keluarganya yang sedang sakit.
“Setelah diberi infus, hanya dilewati saja. Kemudian difoto, dan kami menunggu hingga satu jam lebih namun tidak ada hasil,” tuturnya kepada mediajatim.com, Rabu (1/5/2024).
Padahal, katanya, pasien lain yang datang ke IGD setelahnya, sudah mendapatkan kamar rawat inap.
“Sementara keluarga kami belum ada perintah apa-apa. Setelah kami tanya, jawabannya belum ada respon dari dokter spesialis,” ujarnya.
Keluhan salah seorang keluarga pasien ini langsung mendapatkan respon dari pihak RSUD Smart Pamekasan.
Direktur RSUD Smart Pamekasan dr. Raden Budi Santoso mengatakan, sikap perawat yang dianggap acuh oleh keluarga pasien itu bukan berarti abai terhadap tugasnya.
“Ada yang disebut observasi, terkadang membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk melihat reaksi atau respon pasien. Tetapi bukan berarti petugas harus menunggu pasien sepanjang waktu,” terangnya, Kamis (2/5/2024).
Apabila perawat terkesan tidak memperhatikan pasien, lanjut dr. Budi, itu karena kondisi pasien relatif baik namun membutuhkan waktu untuk mendapatkan tindakan medis.
“Mekanismenya, saat pasien baru masuk, petugas IGD langsung menangani dengan melihat kondisinya, apakah masuk penanganan prioritas pertama (P1), kedua (P2), atau ketiga (P3). Pasien yang digolongkan P1 perlu penanganan prioritas tinggi, semua pekerjaan harus ditinggalkan dan full support menangani pasien tersebut,” jelasnya.
Setelah pasien P1 stabil, lanjut dr. Budi, petugas akan menangani pasien P2 atau P3. “Sering kali pasien perlu diberikan rehidrasi (infus) terlebih dahulu sebelum tindakan yang lain dilakukan,” tambahnya.
Hampir setiap pasien IGD, ujar dr. Budi, harus diperiksa berdasarkan sampel darah atau cairan tubuh pasien yang lain. Sampel ini bisanya diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
“Pengambilan sampel darah atau cairan yang ada di tubuh pasien itu dilakukan oleh petugas laboratorium. Sementara, petugas laboratorium juga mengambil sampel di tempat-tempat lainnya, jadi bergiliran,” terangnya.
Lebih lanjut dr. Budi menerangkan bahwa pasien di IGD yang dibiarkan itu, berarti sedang diobservasi oleh petugas medis, yang kadang waktunya lama bisa sampai enam jam.
“Saat pasien dibiarkan, sebenarnya di waktu yang bersamaan, pasien juga menunggu untuk diambil sampelnya oleh petugas, menunggu antrean radiologi, informasi konsultasi spesialis, hasil tes obat, atau menunggu persetujuan keluarga dan kesiapan kamar,” pungkasnya.
Diketahui, tingkat prioritas pasien yang dilarikan ke IGD RSUD Smart Pamekasan digolongkan menjadi tiga, yaitu Prioritas 1 (P1), Prioritas 2 (P2), dan Prioritas 3 (P3). Penggolongan ini disebut Triage System, yaitu sistem untuk mengidentifikasi kondisi pasien.
Dengan Triage System, pasien akan ditangani berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya:
- Prioritas 1 (P1/Red Zone): Mengancam jiwa atau fungsi vital, membutuhkan resusitasi bedah segera dan memiliki kesempatan hidup yang besar. Penanganan bersifat segera, contohnya pasien yang mengalami gangguan jalan nafas dan sirkulasi.
- Prioritas 2 (P2/Yellow Zone): Potensial mengancam nyawa dan fungsi vital pasien jika tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan tidak boleh terlambat.
- Prioritas 3 (P3/Green Zone): Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan bersifat terakhir.(fit/faj)