Sumenep, mediajatim.com — Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis prediksi musim kemarau 2024.
BMKG menyebut, bahwa pada Mei ini sudah masuk awal musim kemarau. Memasuki musim ini, sejumlah petani garam di beberapa wilayah Sumenep mulai mempersiapkan tahap produksi.
Salah satunya di Desa Pinggirpapas, Kecamatan Kalianget. Salah seorang petani garam di Desa Pinggirpapas Sudawi mengatakan bahwa petani saat ini tengah proses membuka lahan meskipun harga turun.
“Harga garam sekarang turun. Awal 2023 Rp4,5 juta per ton. Saat ini Rp1,2 juta. Ya, beginilah risiko jadi petani garam, harga naik-turun,” ungkapnya, Rabu (8/5/2024).
Pada saat harga turun, Sudawi mengaku harus mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sebab garam tidak lagi bisa mencukupi kebutuhan dapurnya.
“Kalau harga garam turun, saya menjual krupuk,” sambungnya.
Dimintai tanggapan terkait itu, Ketua Forum Petani Garam Madura (FPGM) Abdul Hayat mengatakan bahwa harga garam saat ini memang turun.
Pada pertengahan April 2024, garam KW1 Rp1,4 juta di Surabaya dan Sidoarjo. Sementara pembeli di Sumenep, yakni PT. Garindo, justru mengambil harga Rp1,2 juta.
“Semestinya PT. Garindo ini buka harga Rp1,3 juta agar sama dengan harga yang ada di Surabaya. Artinya, menyesuaikan biaya transportasi dari sini ke Surabaya Rp100 ribu,” jelasnya, Rabu (8/5/2024).
Kades Pinggirpapas itu menduga, turunnya harga garam ini karena stok garam rakyat masih melimpah.
“Semestinya, kalau berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, musim penghujan seperti ini agak lebih mahal ketimbang dari musim kemarau. Ada peningkatan harga. Tapi, sekarang malah turun,” sambungnya.
Dia juga menduga, turunnya harga garam ini dipengaruhi stok garam impor. “Itu juga berpengaruh terhadap harga garam lokal,” tuturnya.(mj2/ky)