web media jatim
Brosur UIJ Sosial Media-01
Segenap pimpinan dan karyawan_20250605_201559_0000
10_20250605_164323_0009
3_20250605_164323_0002
5_20250605_164323_0004
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250605_233152_0000

Hipertensi Bisa Picu Penyakit Kronis, Berikut Penjelasan Dokter Spesialis Jantung RSUD Smart Pamekasan 

Media Jatim
Hipertensi
(Dok. YouTube RSUD Smart Pamekasan) Dokter Spesialis Jantung RSUD Smart Pamekasan dr. Vitriyaturrida saat menyampaikan materi tentang Hipertensi di acara webinar peringatan Hari Hipertensi Dunia, Jumat (17/5/2024).

Pamekasan, mediajatim.com – RSUD dr. H. Slamet Martodidjo (Smart) Pamekasan mengadakan Webinar Awam Kupas Tuntas Semua tentang Hipertensi di Ruang Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), Jumat (17/5/2024).

2_20250605_164322_0001
7_20250605_164323_0006
4_20250605_164323_0003
12_20250605_164323_0011
1_20250605_164322_0000

Kegiatan ini digelar juga untuk memperingati Hari Hipertensi Dunia di RSUD Smart Pamekasan.

9_20250605_164323_0008
8_20250605_164323_0007
5_20250605_164641_0004
11_20250605_164323_0010

Hadir sebagai narasumber dalam seminar online ini, Dokter Spesialis Jantung RSUD Smart Pamekasan dr. Vitriyaturrida.

6_20250605_164323_0005
2_20250605_164641_0001
3_20250605_164641_0002
8_20250605_164641_0007
Salinan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang_20250606_103712_0000

dr. Vitri menjelaskan, hipertensi merupakan suatu kondisi di mana tekanan darah seseorang mengalami peningkatan hingga di atas normal, yakni 120/80 secara terus menerus.

Kata dr. Vitri, jangan pernah menyepelekan hipertensi. Karena penyakit ini juga bisa menyebabkan penyakit-penyakit kronis, seperti jantung, gagal ginjal dan stroke.

Baca Juga:  Khofifah-Emil Unggul 58,45 Persen, H. Her Titip Kesejahteraan Pesantren di Madura

Lebih lanjut dr. Vitri menerangkan, jenis hipertensi ada dua, yakni hipertensi primer dan sekunder. “Hipertensi primer biasanya dialami oleh pasien usia senja,” ungkapnya, Senin (20/5/2024).

Masyarakat di usia senja bisa terpapar penyakit ini, lanjut dr. Vitri, karena pembuluh darahnya sudah tidak elastis. “Untuk penanganannya, kami biasa memberikan obat jenis Calcium Channel Blocker (CCB), seperti Amlodipine,” jelasnya.

Sementara untuk hipertensi sekunder, ujar dr. Vitri, biasanya dialami oleh pasien usia muda atau di bawah usia 35 tahun.

IMG-20250502-WA0029
IMG-20250502-WA0027
IMG-20250502-WA0028
IMG-20250502-WA0031
IMG-20250502-WA0030
IMG-20250604-WA0240
4_20250605_164641_0003
6_20250605_164641_0005
1_20250605_164641_0000

“Untuk penanganannya, kami biasanya memberikan obat jenis Angiotensin-Converting Enzyme (ACE), seperti Captopril, Lisinopril, Angiotensin II Receptor Blockers (ARB), atau Candesartan,” terangnya.

Apabila ada pasien hipertensi sekunder, tutur dr. Vitri, perlu dicurigai terkait adanya penyakit lain yang menyebabkan tekanan darahnya meningkat.

“Untuk pasien hipertensi usia muda, kami biasanya tidak terburu-buru memberikan obat. Karena perlu dicari tahu apa penyebabnya. Apakah ada gangguan pembuluh darah di ginjal, gangguan hipertiroid dan hormon, atau endokrin meningkat sehingga menyebabkan tensinya naik,” bebernya.

Baca Juga:  Tercatat sebagai Pengurus PDIP, Peserta Rekrutmen PPK KPU Pamekasan Lolos hingga Tahap Wawancara

Usai diketahui penyebabnya, ucap dr. Vitri, baru ditentukan obatnya untuk menstabilkan tekanan darahnya ke kondisi normal.

“Tekanan darahnya tetap harus di bawah 140/90. Yang perlu digarisbawahi, tensi penderita hipertensi tidak pernah normal, tapi bisa dikontrol dengan pengobatan sembari memperbaiki pola hidup,” imbuhnya.

dr. Vitri menambahkan, pasien hipertensi tidak boleh berhenti minum obat meskipun tekanan darahnya sudah kembali normal dalam waktu yang lama.

“Tidak boleh berhenti minum obat. Kurangi dosisnya saja, jika tekanan darahnya sudah normal,” paparnya.

Cara untuk menurunkan dosis obat, ujar dr. Vitri, ukur tensi darah pada pagi dan malam selama tiga hari dalam beberapa minggu sebelum kontrol ke dokter.

“Jika saat diukur tekanan darahnya di bawah 135/85, bisa dikonsultasikan ke dokter yang menangani untuk menurunkan dosis obat,” pungkasnya.(fit/faj)