Atasi Baby Blues Syndrome pada Ibu Pascamelahirkan, Ini Penjelasan Psikiater RSUD Smart Pamekasan

Media Jatim
Syndrome
(Fitria M/Media Jatim) Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSUD Smart Pamekasan dr. Indriana Lestariningtias saat ditemui di Ruang Poli Sehat Jiwa setempat, Selasa (11/6/2024).

Pamekasan, mediajatim.com – Pascamelahirkan, umumnya seorang ibu akan bahagia dengan kehadiran sang buah hati. Namun tidak dengan ibu yang mengalami Baby Blues Syndrome.

Diketahui, Baby Blues Syndrome merupakan kondisi di mana seorang ibu yang baru melahirkan mengalami depresi atau tekanan psikologis karena perubahan hormonal secara drastis.

Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo (Smart) Pamekasan dr. Indriana Lestariningtias menerangkan, sindrom Baby Blues biasanya terjadi pada usia persalinan satu sampai tiga hari.

“Kondisi ini bisa membaik dengan sendirinya dalam jangka waktu paling lama dua minggu, seiring stabilnya hormon. Namun akan diperberat jika ada kondisi psikososial yang mendasari,” paparnya, Selasa (11/6/2024).

Sindrom ini, kata dr. Indri, mirip dengan gejala depresi, yaitu murung, mudah sedih, merasa kesal, malas beraktivitas, dan tidak mau mendekati bayinya.

Baca Juga:  Mengaku Sudah Lunasi Pinjaman Dua Tahun Lalu, Namun BPKB Mobil Tak Keluar dari BRI Pamekasan Sampai Hari Ini

“Ibu yang mengalami baby blues mudah merasa lelah, seperti hilang energi untuk beraktivitas. Sehingga mudah kesal bahkan benci saat merawat  bayinya. Kalau seperti ini sangat diperlukan support dari keluarga terdekat terutama suami,” ungkapnya.

Apabila ada ibu yang baru melahirkan dan mengalami sindrom ini, lanjut dr. Indri, lebih baik untuk tidak menyusui hingga kondisi psikis sang ibu benar-benar stabil.

“Anaknya diasuh oleh anggota keluarga yang lain dulu. Karena sangat berbahaya. Kita tidak tahu isi hatinya bagaimana, karena rasa kesal dan jengkel saat menyusui juga dapat memengaruhi psikis si bayi,” tuturnya.

Walaupun sindrom ini dapat membaik dengan sendirinya, tutur dr. Indri, namun sebaiknya dikonsultasikan kepada tenaga profesional, seperti psikolog atau psikiater.

Baca Juga:  Perpanjang PSBM Kecamatan Saronggi, Bupati Singgung Bantuan

“Apakah perlu obat? Nanti dilihat kondisinya, misalnya sampai tidak mau makan, malas beraktivitas, atau bahkan merugikan orang lain, maka perlu penanganan lebih lanjut salah satunya dengan terapi psikofarmaka,” terangnya.

Karena itulah, dr. Indri mengimbau kepada masyarakat untuk percaya bahwa Baby Blues Syndrome bisa benar-benar terjadi pada wanita khususnya yang baru melahirkan, sehingga sangat dibutuhkan dukungan dari suami atau keluarga terdekat.

“Perempuan itu sangat rentan mengalami depresi karena perubahan hormonal yang drastis. Hormon wanita sangat tidak stabil sehingga memengaruhi perubahan mood. Jika menemukan kondisi seperti ini jangan dikucilkan tapi dicari solusinya dengan konsultasi kepada tenaga profesional,” tutupnya.(fit/faj/**)