Hidden Conflict, Peran H. Her dan Sebuah Antitesa

Media Jatim
Ongky Arista UA
Ongky Arista UA

Dua Hal Krusial Jelang Pilkada Pamekasan 2024

Imajinasi saya langsung terbelenggu pada bisnis tembakau saat berbicara tentang H. Her. Namun, tiba-tiba tidak demikian tadi siang.

Jadi begini; PT. Bawang Mas siang tadi, Minggu (23/6/2024), menggelar diskusi terbuka di Hotel Odaita. Bertajuk “Merajut Benang yang Kusut” kaitannya dengan Pilkada Pamekasan 2024.

Ada sekitar 500 orang yang diundang pada forum diskusi ini. Para Kades hadir. Kiai dan ustaz hadir. Forkopimda, aktivis, LSM, ketua partai, pengusaha, akademisi, jurnalis, dan Ormas Islam juga hadir.

Sebagai host acara ini, saya mencatat setidak-tidaknya dua ihwal penting dalam forum ini.

Pertama, hingga detik ini para kiai pilar di Pamekasan belum bersepakat pada satu nama figur–bahkan ada yang menyebut mereka tengah terpolarisasi.

Rumor yang berkembang, satu pondok pesantren besar mendukung figur A. Satu pondok besar lainnya kukuh mendukung si B.

Perbedaan dukungan pondok besar ini atau ketidakbersamaan dukungan ini dikhawatirkan akan memantik polarisasi dan konflik di wilayah akar rumput (grass roots).

Sebab itu akhir-akhir ini muncul term verbal begini di publik: “Siapa pun calonnya yang terpenting bisa menjadi pemersatu maka akan kami dukung.”

Term ini setidak-tidaknya telah menjadi penanda adanya konflik tersembunyi (hidden conflict) berupa ketidakbersatuan tokoh pilar dalam urusan figur yang akan diusung.

Betapapun perbedaan dukungan ini sah dalam demokrasi yang kita anut, namun, masyarakat khawatir polarisasi ini akan berefek samping konflik di bawah.

Kedua, di forum diskusi ini ada nawaitu ingin menyatukan aspirasi dan mendorong agar para kiai pilar bersatu dan tidak terkotak-kotak lebih-lebih terpolarisasi di Pilkada Pamekasan 2024.

Sebab, apabila polarisasi ini berubah menjadi konflik, maka ujungnya akan mengancam persaudaraan dan jalannya pemerintahan ke depan.

Kehadiran Bawang Mas Group

Di tengah situasi ini, H. Her melalui Bawang Mas hadir. Menginisiasi sebuah acara diskusi. Diskusi yang bertujuan merajut benang kusut ini dikemas dengan cara mendengar aspirasi dari berbagai elemen.

Baca Juga:  Terkait Kasus Youtuber Sebar VC Telanjang, Polres dan Kejaksaan Pamekasan Silang Pendapat

Ini kata H. Her dalam forum diskusi siang tadi:

“Terus terang saya tidak mengerti politik. Namun, saya selalu didatangi banyak pihak untuk kepentingan ini. Bagi saya, semua calon baik. Mereka semua pinter dan punya kemampuan. Dan saya menyimak diskusi forum ini. Semua yang hadir ingin kebersamaan. Ingin semua bersatu. Saya pun mengingikan demikian. Saya hanya ingin kita semua bersatu. Tak atokaran. Saya juga sudah keliling ke kiai-kiai agar situasi kondusif, penuh kebersamaan dan masyarakat tidak saling bertengkar. Karena politik ini kadang menyebabkan mereka yang bersaudara menjadi bertengkar. Bahkan saya berpikir, calonnya ya satu saja agar tidak ada pertengkaran. Sekali lagi, saya tidak paham politik. Akan tetapi saya pribadi siap membayar mahal demi kebersamaan ulama dan kita semua.”

Mendengar itu, barangkali orang masih akan mengira H. Her memiliki kepentingan khusus yang entah apa. Bisa saja iya. Bisa saja tidak.

Tetapi apa pun kepentingannya H. Her, dia merupakan tokoh yang telah menghabiskan pikiran dan biaya untuk berupaya merajut kebersamaan.

Dia telah memiliki niat memersatukan. Dia memiliki empati untuk kebersamaan ini. Dia pengusaha kaya yang uangnya dipakai untuk kepentingan diskusi dan merajut kebersamaan para tokoh.

Sampai di sini, peran H. Her untuk mempersatukan elemen penting utamanya para tokoh kiai cukup mencolok dan cukup besar.

Saya kira, belum ada tokoh sekaliber H. Her yang secara terang-terangan berkata: “Saya siap membayar mahal untuk kebersatuan para ulama di Pilkada Pamekasan 2024.”

Orang yang memiliki kekuatan lebih dari H. Her di Pamekasan barangkali banyak. Yang lebih kaya dari H. Her tentu juga ada.

Baca Juga:  Ngopi Bareng RBT; Merawat Semangat Juang Pemuda

Tapi, yang memikirkan dan mengantisipasi masyarakat agar tidak berkonflik dan atokar pada Pilkada Pamekasan 2024 dengan gerakan yang tampak jelas baru H. Her.

Antitesa Memahami Hidden Conflict

Di sisi lain, saya ingin Anda paham bahwa situasi dan kondisi sesuatu di luar diri kita terkadang bergantung kepada imajinasi yang melekat di kepala kita.

Maksud saya, bisa saja perbedaan pilihan para tokoh pilar dalam mengusung figur di Pilkada Pamekasan 2024 tidak akan memantik efek samping konflik grass roots. 

Konflik yang dikhawatirkan bisa saja tidak terjadi. Bisa saja! Bisa saja imajinasi kitalah yang justru membayangkan konflik itu akan terjadi jika ulama tidak bersatu mengusung satu figur.

Saya kira, perlu juga kita berpikir santuy; tidak akan ada apa-apa; tidak ada hidden conflict. Perbedaan pilihan bagian dari dinamika politik yang harus disikapi secara santuy.

Antitesa dari Antitesa

Akan tetapi, forum yang digelar Bawang Mas ini ternyata tidak semata-mata lahir dari imajinasi dan kekhawatiran yang berlebihan.

Beberapa tokoh yang berpendapat di forum diskusi mengatakan bahwa tidak munculnya figur secara jelas di Pilkada Pamekasan 2024 sampai hari ini telah menandai hidden conflict.

Hidden conflict ini telah mendorong para tokoh yang hadir di forum diskusi Bawang Mas ini mengatakan, “Harus ada konsensus para kiai.”

Pertanyaannya, mengapa konsensus ini diperlukan?

Saya kira, konsensus ini dibutuhkan bukan hanya karena agar hidden conflict para tokoh pilar ini bisa terselasaikan, tapi lebih jauh dari itu, masyarakat menginginkan hidup yang rukun dan damai.

Masyarakat tampaknya sudah jenuh dengan konflik politik dan residu-residunya. Dan, yang diyakini bisa meredam konflik dan gesekan–di forum diskusi tadi–hanyalah kebersatuan dan kebersamaan para tokoh ulama dan kiai pilar.(*)

_____

*Ongky Arista UA, Ketua Forum Wartawan Pamekasan dan Pemred Media Jatim.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *