web media jatim
Brosur UIJ Sosial Media-01
Segenap pimpinan dan karyawan_20250605_201559_0000
10_20250605_164323_0009
3_20250605_164323_0002
5_20250605_164323_0004
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250605_233152_0000

Dokter RSUD Pamekasan Ajak Masyarakat Periksa Jantung Berkala untuk Antisipasi SCD!

Media Jatim
Jantung rsud pamekasan
(Dok. Kompas.com) Ilustrasi jantung manusia.

Pamekasan, mediajatim.com — Kematian mendadak saat berolahraga atau yang dikenal dengan Sudden Cardiac Death (SCD) seringkali terjadi. Menimpa atlet atau warga biasa.

2_20250605_164322_0001
7_20250605_164323_0006
4_20250605_164323_0003
12_20250605_164323_0011
1_20250605_164322_0000

Menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RSUD Smart Pamekasan dr. Vitriyaturrida, penyebab utama bukan karena olahraga melainkan gangguan atau kelainan pada jantung.

9_20250605_164323_0008
8_20250605_164323_0007
5_20250605_164641_0004
11_20250605_164323_0010

“SCD terjadi karena kerja jantung yang berhenti mendadak atau dikenal dengan istilah henti jantung atau Cardiac Arrest. Ini disebabkan berbagai faktor salah satunya gangguan kelistrikan jantung,” paparnya kepada mediajatim.com, Sabtu (13/7/2024).

Gangguan kelistrikan ini memicu jantung tidak dapat lagi memompa darah ke otak dan paru-paru.

“Pada kondisi ini jantung hanya bergetar tapi tidak berdenyut. Akhirnya tidak ada suplai oksigen ke otak dan paru-paru. Sehingga menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri dan bisa meninggal jika tidak cepat ditolong,” sambungnya.

Selain gangguan kelistrikan jantung, faktor genetik dan usia di atas 40 tahun juga bisa menjadi penyebab seseorang mengalami henti jantung.

IMG-20250502-WA0029
IMG-20250502-WA0027
IMG-20250502-WA0028
IMG-20250502-WA0031
IMG-20250502-WA0030
IMG-20250604-WA0240
4_20250605_164641_0003
6_20250605_164641_0005
1_20250605_164641_0000

“Contohnya Burgada Syndrome, ini genetik, jadi tidak bisa diubah. Tapi masalah kelainan jantung ini tidak akan muncul jika tidak ada pencetusnya, salah satunya olahraga fisik berat melebihi kapasitas kerja jantung,” ulasnya.

Baca Juga:  RSUD Smart Pamekasan Jadi Rumah Sakit Pendidikan Satelit Pertama di Madura

Karena itu, tambah dr. Vitri, penting melakukan skrining jantung secara berkala khususnya para atlet yang seringkali melakukan olahraga fisik dengan intensitas tertentu.

“Pada kondisi tertentu seorang atlet dengan intensitas olahraga yang berat, lama-lama otot jantung akan mengalami pembengkakan dan menebal atau Kardiomiopati Hipertrofi (KMH). Ini yang menyulitkan jantung memompa darah dan sebabkan kematian mendadak,” jelasnya.

Jadi, kata dr. Vitri, jangan mengabaikan kesehatan jantung dengan cara lakukan skrining jika sering nyeri dada, sesak, mudah lelah dan memiliki kelainan genetik jantung.

“Bagi penderita penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, kolesterol, hindari risiko dengan menjaga pola hidup dan asupan nutrisi, jangan lupa lakukan skrining jantung berkala, jangan tunggu sakit,” tutupnya.(fit/ky)