Display 17 Agustus _20240829_131215_0000

UKWMS dan Puskesmas Driyorejo Bekerja sama Turunkan Angka Stunting Melalui CeTing MaS BuLe

Media Jatim
Pengabdian UKWMS di Puskesmas Driyorejo
(Dok. Media Jatim) Pelatihan Teknologi Pascapanen dan Pengolahan yang diselenggarakan oleh Tim Hibah Abdimas Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat DRTPM 2024 UKWMS.

Gresik, mediajatim.com — Kasus tengkes atau stunting masih menjadi masalah laten, meskipun di sisi lain, kemajuan ilmu dan teknologi telah berkembang pesat sampai pada kecerdasan buatan.

Banner Iklan Media Jatim

Berdasarkan data Kemenko PMK RI, Indonesia menempati urutan 27 dari 154 negara pada 2022 dalam kasus tengkes di dunia.

Atas fakta itu pemerintah Indonesia mencanangkan target penurunan kasus tengkes mencapai 14 persen pada tahun 2024 dan memerlukan upaya keras untuk mewujudkannya.

Dosen Prodi Teknologi Pangan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) Indah Epriliati menuturkan, solusi yang harus ditempuh untuk mengatasi kasus tengkes adalah kebijakan lintas sektor.

“Di Kecamatan Driyorejo, Gresik, kasus bayi dengan gizi bermasalah sebesar 15,64 persen sedangkan tengkes rerata di Puskesmas Driyorejo 7,5 persen. Terdapat lima desa prioritas karena kasus tengkes mendekati 16 persen yang ditetapkan sebagai batas maksimum bahkan ada yang mencapai 18,5 persen,” papar Epriliati, Sabtu (10/8/2024).

Dengan konsep lintas sektor ini, UKWMS menjalin sinergisitas dengan Puskesmas Driyorejo dalam rangka saling menyumbangkan solusi yang sederap-langkah.

“Kami bekerja sama dengan Puskesmas Driyorejo untuk pencegahan stunting, yang dikembangkan dari RW XII tentang CeTing MaS BuLe. CeTing MaS BuLe merupakan kepanjangan dari Cegah Stunting Makan Sayur, Buah, dan Lele,” beber perempuan yang juga Formatur dan Pengurus Inti Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional Indonesia (P3FNI) itu.

Baca Juga:  Bahas Kebijakan Umum APBD 2024, DPRD Sumenep Atensi Dua BUMD yang Stagnan

Tim Program Pengabdian kepada Masyarakat UKWMS melalui Hibah Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat 2024 dari Kemendikbudristek RI ini mendukung program CeTing MaS BuLe melalui peningkatan kapasitas teknologi pascapanen dan teknologi pengolahan bagi kader posyandu dan petugas memasak Program Makanan Tambahan (PMT) lokal dari Kemenkes di Puskesmas Driyorejo.

Kata Epriliati, teknologi pascapanen yang dilatihkan adalah pembuatan fillet ikan lele dan pengemasan sayur segar.

IMG-20240908-WA0006
IMG-20240908-WA0007
IMG-20240907-WA0007

Peserta pelatihan juga dibekali benih sawi, kangkung, dan tomat untuk konsumsi balita juga cabai untuk orang dewasa calon ibu yang berisiko mengalami kekurangan energi kronis.

“Calon ibu yang terlalu kurus atau kekurangan gizi perlu disehatkan sebelum kehamilannya,” ungkapnya.

Selain peningkatan kapasitas pengolahan pangan, yang dalam hal ini dipilih ikan lele dan budidaya sayur buah; kangkung darat, sawi, tomat, dan cabai untuk ibu-ibu yang kurang selera makan, juga pelatihan peningkatan kapasitas teknologi pascapanen diberikan sehingga terjadi keutuhan teknologi pangan dari hulu ke hilir.

“Capaian dari kegiatan ini diharapkan menjadi kegiatan layanan pangan sehat dan memenuhi kebutuhan gizi sehingga dapat memutus rantai kasus stunting, wasting ibu hamil kurang gizi selama 1.000 hari pada kehidupan pertama,” ulasnya.

Baca Juga:  Disperindag Pamekasan Bakal Pakai Undian untuk Pembagian Kios Pasar Kolpajung, Pedagang: Harus Adil!

Sementara untuk unit pengolah pangan sehat akan dinamai Dapur Sehat PMT Lokal yang akan dikoordinasi oleh Puskesmas Driyorejo, khususnya Poli Gizi Puskesmas Driyorejo sebagai bentuk program pencegahan stunting secara berkelanjutan bersama pemerintah kecamatan, desa, daerah tingkat dua dan satu secara terpadu.

Tim Hibah Abdimas Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat DRTPM 2024 UKWMS yakni Indah Epriliati, Paini Sri Widyawati dan Julius Runtu. Dibantu mahasiswa Evelyn Andri Sutrisno, Clarence Lingga Pangau dan Chelsey Thevanaya Sumasdjo.

“Ini program Kemendikbudristek yang melibatkan mahasiswa agar memperoleh pengalaman pembelajaran di luar kampus melalui pengalaman langsung di lapangan yang diakui 7 SKS disertai pelengkapan oleh dosen pengampu,” tutur dia.

Evaluasi kegiatan diakhiri dengan perlombaan olah pangan untuk cegah stunting dan Focused Group Discussion (FGD) dengan menggarisbawahi hal-hal penting dalam pelayanan cegah stunting di Driyorejo secara holistik.

“UKWMS melalui Tim dosen yang melaksanakan tridarma perguruan tinggi secara utuh mendukung program pencegahan stunting di wilayah kewenangan Puskesmas Driyorejo menuju penurunan kasus stunting,” pungkasnya.(**/ky)