3 Hal untuk Deteksi Gejala Depresi Versi Psikiater RSUD Smart Pamekasan 

Media Jatim
Depresi
(Dok. YouTube RSUD. dr. H. Slamet Martodirdjo Pamekasan) Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSUD Smart Pamekasan dr. Indriana Lestariningtias.

Pamekasan, mediajatim.com — Kasus bunuh diri mengalami peningkatan pesat dalam tiga tahun terakhir. Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Polri mencatat, pada 2021 terdapat 620 kasus, kemudian meningkat pada 2022 dengan 902 kasus dan 2023 bertambah menjadi 1.226 kasus.

Merespons situasi ini, bertepatan dengan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 2024, RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo (Smart) Pamekasan mengadakan Talk Show Interaktif di Ruang Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) setempat, Selasa (17/9/2024).

Talkshow  bertajuk “Bicara tentang Bunuh Diri, Siapa Takut?” itu, menghadirkan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSUD Smart Pamekasan dr. Indriana Lestariningtias sebagai pemateri.

Baca Juga:  Pemkab Sumenep Bungkam Terkait Empu Pembuat Tugu Keris Rp2,5 Miliar

dr. Indri memaparkan, ada tiga hal untuk mendeteksi gejala depresi yang bisa menjadi faktor utama kenapa seseorang bunuh diri.

“Ada tiga hal untuk mengenali apakah seseorang itu sedang depresi atau tidak, yaitu anhedonia, anergia dan afek depresi,” ungkapnya, Selasa (17/9/2024).

Anhedonia, lanjut dr. Indri, merupakan suatu kondisi di mana seseorang tidak bisa lagi merasakan kesenangan yang dulu pernah dia rasakan.

“Biasanya senang masak, sudah tidak mau masak, biasanya dia suka olahraga, tidak mau olahraga, biasanya dia suka melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk dirinya sendiri, dia tidak lakukan lagi,” paparnya.

Baca Juga:  Polres Bangkalan Lakukan Reka Ulang Kasus Pemerkosaan Bergilir

Selanjutnya, tutur dr. Indri, anergia. Seseorang yang mengalami anergia, seakan-akan merasa tidak memiliki tenaga untuk melakukan sesuatu.

“Jadi males-malesan, tiduran seharian, malas beraktivitas, tidak mau keluar rumah, tidak mau berkumpul dengan orang lain, intinya dia menarik diri,” bebernya.

Sedangkan afek depresi, lanjut dr. Indri, lebih mengarah pada tampilan fisik. “Mukanya, ekspresi wajahnya, kelihatan dia kalau memang depresi, murung misalnya. Sulit konsentrasi, malas makan, ide bersalah, ide tidak berguna, jadi sehari-hari omongannya kayak, adu buat apa ya saya hidup!” pungkasnya.(ak/faj)