Cerita Abang Becak di Sumenep, Penghasilan Kecil dan Tak Dilindungi BPJS Ketenagakerjaan

Media Jatim
Becak
(Ikhwan Fajarisman/Media Jatim) Abang becak asal Kalianget, Marsuni, menunggu penumpang di Pasar Anom, Sumenep, Rabu (2/10/2024).

Sumenep, mediajatim.com — Marsuni (49), seorang warga Desa Kertasada Timur, Kecamatan Kalianget, Sumenep, hidup menjadi tukang becak sejak 1995 silam.

Setiap hari, Marsuni mengayuh becak dari rumahnya ke Pasar Anom Sumenep. Dia berangkat  Subuh dan pulang saat matahari tenggelam.

“Jarak dari rumah ke Pasar Anom Sumenep kira-kira 6 kilometer. Ditempuh dalam kurun waktu 45 menit,” ucapnya, Rabu (2/9/2024).

Sesampai di Pasar Anom, kata pria yang akrab disapa Suni itu, bukan langsung menemukan penumpang. “Kadang pukul 08.00 WIB baru ada penumpang. Kadang lebih pagi,” terangnya.

Puluhan tahun menjadi tukang becak, Suni mengaku tidak pernah menargetkan ongkos kepada penumpang.

“Kadang jarak tempuh jauh, penumpang cuma memberi ongkos Rp7 ribu. Seharusnya, Rp15 ribu. Tapi, saya minta Rp10 ribu saja,” bebernya.

Baca Juga:  Inilah Para Pihak yang Berperan Penting Mendorong Kemandirian Pesantren Melalui LPPNU Pamekasan

Suni menyadari bahwa tukang becak bukan pekerjaan yang ringan. Pasalnya, pekerjaannya berat, sementara hasilnya sedikit.

“Dalam sehari, paling mujur saya mendapatkan Rp50 ribu hingga Rp60 ribu. Kadang cuma dapat Rp20 ribu sehari. Jadi tukang becak untung-untungan. Kadang banyak penumpang, kadang tidak sama sekali,” jelasnya.

Dengan penghasilannya ini, Suni mengakui bahwa memang tidak cukup untuk membiayai anak dan istrinya.

“Anak saya yang pertama kelas XI SMA dan yang kedua kelas V SD. Istri hanya sebagai ibu rumah tangga di rumah,” jelasnya.

Untuk menutupi kebutuhan keluarganya, Suni mengaku berhutang ke tetangga dan kerabat-kerabatnya.

Sayangnya, meski Suni selama puluhan tahun tergolong pekerja rentan, dia belum menerima BPJS Ketenagakerjaan dari Pemkab Sumenep hingga saat ini.

“Dua tahun yang lalu saya sudah menyetor KTP dan KK di Gedung Korpri Sumenep. Tapi saya tidak menghadiri Sosialisasi dan Pemberian BPJS Ketenagakerjaan ke abang becak di Museum Keraton Agung, 11 September 2024 lalu,” tuturnya.

Baca Juga:  Dugaan Pidana Pornografi Youtuber Madura Masih Diselidiki, Pengacara Korban: Polisi Terkesan Lindungi Pelaku!

Menurut Suni, hal inilah yang membuatnya tidak terkover BPJS Ketenagakerjaan. “Sebenarnya saya sangat ingin punya BPJS Ketenagakerjaan. Saya berharap bisa segera mendapatkannya,” ucapnya.

Terpisah, Kepala Dinas Ketenagakerjaan Sumenep Heru Santoso mengatakan, kuota BPJS Ketenagakerjaan 2024 lumayan besar.

“Tahun ini, ada 4.711 kuota BPJS Ketenagakerjaan bagi pekerja rentan. Semuanya sudah terpenuhi,” ucapnya, Rabu (2/10/2024).

Heru menyayangkan ketidakhadiran Suni pada pertemuan Pemkab setempat dengan tukang becak beberapa waktu yang lalu.

“Semoga 2025 nanti bisa mendapat BPJS Ketenagakerjaan. Atau bisa mendaftar dari sekarang melalui kepala desa masing-masing,” tutupnya.(man/faj)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *