Lebih Kenal dengan Santoso Madura, Penulis dan Pegiat Seni yang Tak Ingin Tradisi Madura Tergerus Zaman!

Media Jatim
Tradisi Madura
(Dok. Media Jatim) ASN MTs Negeri 1 Pamekasan Rachmad Santoso.

Pamekasan, mediajatim.com – Santoso Madura semula hanya dikenal sebagai seorang ASN. ASN biasa di MTs Negeri 1 Pamekasan dengan nama asli Rachmad Santoso.

Di samping sebagai ASN, dia menekuni dunia kesenian dan aktif di Sanggar Seni Makan Ati Pamekasan. Lalu, dia aktif menulis puisi.

Ketekunannya menulis puisi mendorong dia mengikuti kompetisi hingga beberapa kali menjuarai lomba cipta puisi tingkat nasional–terakhir dalam lomba Cipta Puisi Nasional yang digelar Antero Publish pada Maret 2024.

Menariknya, penyair satu ini tidak hanya menulis, tapi juga terjun langsung ke lapangan mengenalkan kesenian kepada generasi Generasi Zoomers (Gen Z) dan milenial.

Baca Juga:  DPM-KM dan BEM-KM UNIJA Dilantik, Warek III Minta Tak Boleh Ada Bibit Koruptor di Kampus

“Beberapa hari terakhir saya melatih siswa-siswi SD Islam Nurul Hikmah Pamekasan menampilkan drama kolosal terkait kearifan lokal Madura,” ungkap Santoso, Sabtu (26/10/2024).

Santoso juga menjelaskan, untuk kearifan lokal atau tradisi Madura yang dikenalkan pada Ajang Kreasi Santri Nurul Hikmah (Aksi Nuha) 2024 yaitu Rokat Pandhaba, Mamacan, Rokat Tase’ dan Rokat Tanah.

Banner Iklan Media Jatim

“Saya khawatir tradisi ini akan hilang jika dibiarkan begitu saja dan tidak dikenalkan kepada generasi milenial dan Gen Z, sehingga bisa menjadi pengingat kepada mereka,” imbuhnya.

Melampaui itu, kata Santoso, dirinya ingin agar generasi muda bisa melestarikan tradisi Madura daripada menggandrungi dan mempopulerkan budaya daerah lain.

Baca Juga:  IAIN Madura Resmi Buka Dua Prodi Eksakta, Dekan Fakultas Tarbiyah: Menjelang UIN!

“Saya aktif menulis puisi dan mengenalkan tradisi Madura hingga detik ini, agar para generasi muda bisa lebih peduli terhadap literasi dan peninggalan leluhur,” tegasnya.

Ditanya mengapa masih menulis puisi dan aktif di beberapa kegiatan kesenian, Santoso mengatakan bahwa belajar dan terus berkarya tidak mengenal usia.

Kata Santoso, usia hanya angka, sebab, yang terpenting adalah semangat untuk terus menulis dan berkarya.

“Teruslah berkarya dan bermanfaat bagi masyarakat, sebab manusia tidak akan dikenang kecuali dia punya karya,” pungkasnya.(rif/ky)