web media jatim
IMG-20250318-WA0019
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250329_190236_0005
17_20250330_123844_0001
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250330_101342_0000
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250330_101342_0002
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250330_185753_0000

Menimang Bayi Terlalu Keras Bisa Picu Pendarahan Otak, Ini Penjelasan Dokter RSUD Smart Pamekasan

Media Jatim
Bayi
(Rena Yunita J/Media Jatim) Dokter Spesialis Anak RSUD Smart Pamekasan dr. Novel Widya Saputra saat memberikan keterangan di ruang prakteknya, Selasa (3/12/2024).

Pamekasan, mediajatim.com — Kasus pendarahan otak pada bayi di Pamekasan yang disebabkan Baby Shaken Syndrome cukup sering terjadi.

Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250330_185234_0000
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250329_190236_0003
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250329_190236_0004
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250329_190236_0006
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250329_191349_0000

Karena itulah, tenaga medis yang konsen menangani anak kini gencar mengedukasi masyarakat agar mengasuh si kecil dengan baik dan benar.

Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250330_101342_0001
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250330_101343_0005
19_20250330_123844_0003
16_20250330_123844_0000
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250329_190236_0000

Dokter Spesialis Anak RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo (Smart) Pamekasan dr. Novel Widya Saputra menerangkan, ada puluhan kasus pendarahan otak bayi yang usianya kurang dari tiga bulan sejak 2022.

“Sekitar dua puluhan pasien bayi yang pernah saya tangani sejak 2022 hingga sekarang baik dari Pamekasan maupun dari luar daerah,” tuturnya, Selasa (4/12/2024).

Penyebab bayi mengalami pendarahan otak, terang dr. Novel, seringkali karena pola asuh yang keliru.

“Sering terjadi saat bayi digendong sambil diayun-ayunkan terlalu kencang. Sehingga terjadi guncangan pada kepala bayi yang masih rentan, akibatnya pembuluh darah di otak pecah dan terjadi pendarahan,” paparnya.

6_20250329_191607_0004
Salinan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang_20250329_225430_0000
Salinan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang_20250329_194028_0000
4_20250329_191606_0002
7_20250329_191607_0005
9_20250329_191607_0007

Terkadang, tutur dr. Novel, semakin rewel bayi semakin kencang pula ayunan oleh yang menggendong. “Itu sangat tidak disarankan untuk dilakukan, terutama pada bayi usia-usia baru lahir,” tambahnya.

Baca Juga:  Inilah Sosok H. Her di Mata Kepala Bea Cukai Madura

dr. Novel juga menyoroti adat tasyakuran pasca-lahiran yang biasa digelar oleh masyarakat, di mana bayi digilir dari satu orang ke orang yang lain.

“Nah hal seperti ini harus kita tinggalkan, dan baiknya saat acara semacam itu bayi tetap digendong oleh orang tuanya sambil mengelilingi tamu undangan,” ujarnya.

dr. Novel juga menjelaskan bahwa edukasi itu penting untuk menekan kasus pendarahan otak pada bayi.

“Kita harus bisa meninggalkan cara asuh lama yang dapat membahayakan si bayi. Karena jika tidak, bisa membuat ketidaknormalan fungsi tubuh, terganggunya sistem saraf, kecacatan, hingga kematian pada bayi,” pungkasnya.(fit/faj) 

2_20250329_191606_0000
8_20250329_191607_0006
Salinan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang_20250330_124601_0000