MediaJatim.com, Sumenep – Sejumlah mahasiswa Universitas Wiraraja (Unija) Kabupaten Sumenep menggelar aksi teaterikal “gantung diri” di pintu masuk kampus setempat, Jumat (06/7).
Aksi ini merupakan lanjutan dari aksi serupa di hari sebelumnya yang mengeluhkan tingginya biaya kuliah di kampus dengan sebutan kampus cemara tersebut.
“Unija sudah bukan kampus. Tapi perusahaan,” teriak Abdul, salah satu orator saat berorasi.
Hasil kajian mahasiswa, Unija merupakan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dengan biaya kuliah termahal di Madura. Akibatnya, jumlah mahasiswa yang mendaftar terus menyusut.
“Sekitar tiga tahun terakhir, mahasiswa yang mendaftar ke unija semakin sedikit. Karena mahal,” keluhnya.
Mahalnya biaya kuliah, lanjut Abdul, tidak disertai dengan kualitas pengajar yang mempuni. Dari temuannya, kapasitas pengajar di sejumlah fakultas cenderung tidak kompeten.
“Sebagian fakultas, bagus. Namun sebagian lainnya sama sekali tidak,” lanjutnya.
Saat melakukan aksi, sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Unija Menggugat (AMUG) ini juga membentangkan poster kecaman. Diantaranya tolak kapitalisasi kampus dan unija PTS termahal di Madura.
Secara terpisah, PJS Rektor Unija Sjaifurrahman menyangkal semua tudingan mahasiswa. Biaya kuliah di unija sudah sesuai ketentuan yang ada dan sudah transparan.
“Yang jelas, semua tudingan mahasiswa yang tadi tidak benar. Kita sudah sesuai ketentuan dan sudah terbuka,” kilahnya.
Menyikapi aksi demo, Sjaifurrahman melanjutkan, pihaknya akan segera melapor kepada komisi disiplin kampus. Karena penyampaian aspirasi yang dilakukan oleh mahasiswa tidak sesuai prosedur yang ada.
“Kita akan lapor ke komisi disiplin kampus. Aksi mereka tida sesuai prosedur. Kan ada BEM, Ormawa dll.” Tegasnya.
Pihak kampus memastikan, akan ada sanksi kepada sejumlah mahasiswa yang sejak dua hari terakhir terus melakukan aksi demo mengeluhkan biaya kuliah yang mahal.
“Sanksi pasti ada,” tutupnya.
Reporter: Nur Khalis
Reporter: Sulaiman