web media jatim
Brosur UIJ Sosial Media-01
Segenap pimpinan dan karyawan_20250605_201559_0000
10_20250605_164323_0009
3_20250605_164323_0002
5_20250605_164323_0004
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250605_233152_0000

Spoiler Film Wiro Sableng 212

Media Jatim

Film Wiro Sableng 212 yang disutradarai oleh Mas Angga D. Sasongko, patut diapresiasi. Sebab bukan hal mudah membuat film yang TV seriesnya sangat hits pada masanya.

2_20250605_164322_0001
7_20250605_164323_0006
4_20250605_164323_0003
12_20250605_164323_0011
1_20250605_164322_0000

Film ini tampak lebih elegan, megah, tidak kaku dan mudah membuat tertawa. Selipan-selipan jokes yang kekinian, membuat film ini cukup berhasil atas itu.

9_20250605_164323_0008
8_20250605_164323_0007
5_20250605_164641_0004
11_20250605_164323_0010

Namun sebagai penikmat film yang acak, yang nontonnya kadang hasil bajakan, tidak banyak tahu dan asal ngomong saja, saya punya kesan sendiri atas film ini.

6_20250605_164323_0005
2_20250605_164641_0001
3_20250605_164641_0002
8_20250605_164641_0007
Salinan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang_20250606_103712_0000

Pertama, cerita di film ini kurang kuat. Saya merasa, ada banyak sekali unsur kebetulan yang itu malah menjadi permulaan dari konflik utama film ini.

Kebetulan bertemu di warung makan, misalnya, menjadi mula semua masalah yang berusaha dihubung-hubungkan pada cerita selanjutnya. Ditambah lagi, hampir semua alur cerita mudah di tebak.

Baca Juga:  KPK RI Periksa Kades Galis Pamekasan Ihwal Pokmas

Kedua, fokus tujuan tokoh dalam film ini begitu banyak. Ada sekian tujuan yang mencoba dirangkai untuk memperkuat tujuan akhir (membunuh Mahesa Birawa), namun hemat saya kurang berhasil. Bangunan konflik yang ditata, hanya menjadi patahan-patahan cerita singkat yang menambah kesan film ini mulai bertele-tele.

Menonton film ini, saya sempat berkali-kali hilang rasa penasaran dan momen serunya. Kadang, ada part yang ingin sekali saya lewati sebab itu sama persis dengan yang saya duga.

Ketiga, sebagai penonton, saya merasa sudah sangat dekat dengan tokoh Wiro Sableng. Dimasa kecil, saya cukup sering menonton TV seriesnya dan seru.

IMG-20250502-WA0029
IMG-20250502-WA0027
IMG-20250502-WA0028
IMG-20250502-WA0031
IMG-20250502-WA0030
IMG-20250604-WA0240
4_20250605_164641_0003
6_20250605_164641_0005
1_20250605_164641_0000

Namun di film ini, saya merasa sangat asing dengan tokoh-tokoh lain yang begitu banyak. Baik sebagai antagonis, protagonis atau figuran. Karakter masing-masing tokoh divisualisasikan dengan sangat singkat dan tidak kuat.

Sebuah film yang hanya bedurasi tak kurang dari 2 jam, ditambah banyaknya tokoh yang dihadirkan dengan patahan-patahan cerita yang diawali dari serba kebetulan, membuat film ini menjadi terkesan cukup “ramai”; tidak menjadi film yang simple dan kuat secara penceritaan.

Baca Juga:  Wakil Ketua DPRD Jember: Pernyataan Penny Provokatif dan Menghina Parlemen

Keempat, soal sound effect. Perlu diakui, sound dalam film ini cukup megah dan elegan. Namun demikian, ada rasa yang kurang nyaman. Saya merasa sound di film ini tidak untuk film Wiro Sableng 212. Tapi untuk laga-laga lain yang lebih metro. Sebut saja misalnya James Bond 007 atau Mission Imposible.

Sedikit sekali saya merasakan sound dan gambar dengan aura pedesaan. Set dan settingan lain untuk kejadulan film ini, terasa begitu parsial. Tidak menyentuh, kurang original.

Terakhir, pernyataan-pernyatan yang saya sampaikan sejak awal tanpa referensi. Tanpa adanya dasar keilmuan yang mempuni. Jadi jelas sekali catatan ini sangat sepihak dan mungkin ngawur. Tapi benar, saya merasakan itu. Lepas dari teori kritik yang benar atau tidak. Wallahua’lam.

Gapura, 05 Sep ’18

*) Nur Khalis, Jurnalis asal Sumenep Madura Jawa Timur.