Oleh: Teguh Wibowo*
Habibie Ya Nour El Ayn, sebuah novel bergenre romance religi ala pesantren. Berlatar di pesantren Nurul Ilmi di Lubuk Minturun, Padang. Judul ini diambil dari lirik lagu Amr Diab. Menghadirkan Nilam sebagai tokoh utama, dengan Yana sebagai sahabat terdekatnya.
Novel ini sejatinya adalah sebuah kilas balik (flash back) tokoh aku yang diemban Nilam di usia 25 tahun. Ia bercerita tentang pergulatan hatinya, tentang perasaan cinta penuh rahasia dengan Barra Sadewa. Keduanya terbelit cinta yang hanya diutarakan lewat surat-surat rahasia.
Barra Sadewa, anak SMA yang mengaku tidak percaya Tuhan. Ia dipaksa kepala sekolahnya untuk mondok dua pekan di pesantren Nurul Ilmi. Ia datang dengan segudang kebencian. Mengira pesantren itu adalah penjara yang lain di samping nasib broken home yang menimpanya.
Barra memasuki gerbang pesantren dan mengira telah melakukan kebodohan terbesar dalam hidupnya. Kedatangannya tak sengaja bertemu Nilam, putri pemilik pesantren yang pendiam dan sangat menjaga etika pergaulan. Dalam beberapa detik segalanya mengubah dimensi Barra dengan Nilam. Pertemuan keduanya hanya sekejap, tapi jejaknya membekas sepanjang usia.
Dalam pertemuan-pertemuan yang sebentar, Barra dan Nilam menyaksikan sulur-sulur nasib mereka saling bertemu dan membelit. Rahasia-rahasia hati keduanya, bertahun-tahun hanya dituangkan dalam surat-surat yang tersimpan dan tidak pernah dikirimkan. Sampai ketika Barra memutuskan untuk menyatakan segalanya, semua sudah terlambat.
Beberapa petikan surat Barra untuk Nilam:
Kamu takkan bisa membayangkan bagaimana aku hidup selama ini, Nilam. Aku ini seperti sampah, yang sebaiknya disingkirkan dari pandangan. Tetapi di sini, di pesantrenmu, aku diperlakukan sebagai manusia. Dan betapa anehnya, tempat yang kukira serupa penjara, justru mengangkat harga diriku sedemikian rupa (surat # 5, hal 64). Aku punya banyak pertanyaan yang tak terjawab. Betapa inginnya aku bertemu kamu lagi. Tapi, waktu seperti tak pernah sudi memberi jalan untuk kita. Aku mencintaimu, Nilam. Maaf jika aku tak pernah sempat mengatakannya (surat # 8, hal 99).
Aku kalah, Nilam. Kalah oleh ketakutan-ketakutan, oleh kepengecutanku. Oleh rasa rendah diriku. Aku menyiapkan gelanggang kepengecutanku sendiri, dan aku kalah (surat # 18, hal 211). Aku akan selalu mengenangmu, Nilam. Kamu melebihi semua perempuan yang pernah kukenal dalam hidupku. Tak satu pun di antara mereka yang bisa menimbulkan perasaan sedalam yang kurasakan padamu. Kamu adalah seorang yang istimewa, dan kusadar, seseorang yang tidak istimewa sepertiku, manalah mungkin bisa mendapatkan dirimu. Aku harus tahu diri (surat #19, hal 213).
Nilam anak bungsu dari H. Syarifuddin Attar. Ayah Nilam memegang peranan sentral, sebagai tokoh yang amat berpengaruh pada kehidupan Nilam dan pesantrennya. Sosok yang telah mengubah kepribadian Barra dari liar menjadi santun. Sosok penentu cinta Nilam dengan Barra. Begitu banyak pesan kebajikan yang dituturkannya kepada Nilam. Sebagaimana tersebar di sepanjang novel ini.
Setiap ada kelahiran di keluarganya, ayahnya menanamkan pohon sebagai prasasti hidup. Atau satu mawar untuk merayakan tiap satu keberhasilan murid pesantrennya memasuki universitas. Setiap orang perlu dikenang dengan cara yang baik. Dan sebuah pohon atau bunga, adalah pengingat yang menyenangkan, begitulah ujarnya.
Novel ini ditulis dengan pendekatan filosofi atau pelabelan ilmu hayat. Ada unsur tumbuhan yang dilibatkan sebagai ajaran hidup. Menjadi energi alam yang mengharumkan dan meneduhkan. Dengan kematangan diksi, pesan yang disampaikan terasa pas.
Setiap manusia mengalami musim cinta dalam hidupnya. Cinta masa remaja di pusaran pesantren memang unik. Meskipun itu virus merah jambu, dalam novel ini secara normal masih terjaga dalam fitrah. Problematika remaja adalah tantangan, cara penulis menangani konflik dan hiperaktif remaja sangat inspiratif. Membaca novel ini umpama menemukan keajaiban cinta dan kasih sayang.
***
DATA BUKU
Judul : Habibie Ya Nour El Ayn
Penulis : Maya Lestari GF
Penerbit: DAR! Mizan
Cetakan : I, Desember 2016
Tebal : 240 halaman
ISBN : 978-602-420-298-9
***
*) Koordinator Divisi Karya di Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Timur. Seorang pembaca dan peresensi buku, penulis lepas, dan pegiat literasi.