MediaJatim.com, Jember-Sebagian orang antipati terhadap politik, bahkan dengan gegabah mereka memvonis politik sebagai hal yang tabu, khususnya bagi umat Islam. Pasalnya, politik dianggap kotor, penuh dengan tipu-tipu, fitnah, bahkan adu domba. Sehingga orang ‘bersih’ merasa perlu menjauhi politik.
“Anggapan itu tidak sepenuhnya betul. Tergantung dari orangnya. Dan yang pasti, tidak semua politisi itu kotor,” ujar H Badri Hamidi kepada MediaJatim.com di Jember, Sabtu (12/10).
Menurut alumnus Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, justru orang-orang yang bersih perlu didorong untuk memasuki dunia politik. Sebab, jika orang bersih enggan untuk masuk dunia politik, maka akhirnya orang-orang kotor yang akan mengisi parlemen dan jabatan politik lainnya. Oleh karena itu, katanya, sudah selayaknya orang yang berintegritas, akhlaknya bagus, Islamnya kuat terlibat dalam politik.
“Jangan pernah beranggapan bahwa politik itu tidak ada hubungannya dengan agama. Kita bisa beribadah dengan tenang, bisa pergi haji, itu karena ada kebijakan politik,” tegas H Badri.
Bagi pengusaha tambang batu bara itu, terjun ke politik harus dilakukan dengan menata hati terlebih dahulu. Yakni meluruskan niat bahwa politik bukan tujuan tapi washilah (perantara). Tujuannya adalah mencari ridlo Allah. Jabatan politik seperti anggota legislatif, kepala daerah dan sebagainya, hanyalah ladang untuk menyemai kebaikan melalui pengabdian kepada masyarakat. Dan di situlah ridlo Allah akan digapai.
“Jabatan politik apapun, apakah itu bupati, gubernur dan sebagainya, itu hanya washilah. Dengan begitu, kita akan maksimal untuk melayani masyarakat. Kalau tujuan kita di politik hanya untuk berkuasa, pengabdian kepada masyarakat tentu akan terabaikan. Na’udzubillah,” pungkasnya.
Reporter: Aryudi A Razaq
Redaktur: A6