MediaJatim.com – Jember dikenal sebagai kota tembakau. Identitas ini bukan sekadar isapan jempol. Sejak zaman penjajahan, Jember populer sebagai daerah pengahasil tembakau dan kopi bermutu tinggi. Daun tembakau yang menjadi logo pemerintah Kabupaten Jember merupakan pengakuan bahwa Jember memang penghasil tembakau papan atas. Tembakau dielu-elukan sebagai tanaman berdaun emas. Ini karena petani yang sukses menanam tembakau, biasanya langsung memborong perhiasan emas.
“Sewaktu saya masih remaja, tembakau betul-betul menjadi tanaman favorit petani Jember karena saat itu harganya memang oke,” ucap tokoh NU asal Jember, H Badri Hamidi.
Namun masa-masa indah petani tembakau, tampaknya sudah berlalu. Seiring berjalannya waktu, harga tembakau terus menurun, meskipun sesekali tinggi. Kedigdayaan tembakau sebagai tanaman favorit mencapai klimaks. Banyak petani kolaps gara-gara rugi menanam tembakau, khususnya tembakau jenis Na-oogst, lantaran harganya murah. Sehingga muncullah kata-kata ‘tembakau berdaun emas tapi berbuah sengsara’.
“Harus diupayakan agar tembakau berjaya kembali di Jember, bagaimanapun caranya, Pemkab Jember mesti punya cara, para Cabub juga” lanjut H Badri optimis.
Optimisme H Badri tampaknya selaras dengan ‘perasaan’ petani Jember. Buktinya, sebagian petani Jember masih belum jera untuk menanam tembakau Na-oogst. Mereka berharap kejayaan tembakau terulang kembali saat ini dan ke depan. Katanya, tembakau sebagai komoditas yang identik dengan Jember, tidak boleh tenggelam, namun harus dibangkitkan menuju kejayaannya seperti semula.
“Saya rasa petani Jember siap mengulangi masa keemasan tembakau. Syaratnya petani harus untung. Bukan hanya pengusaha yang dapat untung, sedangkan petani malah buntung,” pungkasnya.
Reporter: Aryudi A Razaq
Redaktur: A6