MediaJatim.com, Surabaya – Ketua Umum LSM Siti Jenar Situbondo Eko Febrianto memenuhi undangan dari Perhutani Provinsi Jawa Timur, di Gedung Graha Perhutani Surabaya, Senin (20/4/2020), dalam rangka membahas sinergitas antara LSM Siti Jenar dan Perhutani Divisi Regional Jatim ke depan.
Dalam pertemuan ini, Eko Febrianto mengatakan, membahas sinergitas Perhutani Jawa Timur dengan LSM Siti Jenar dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertugas melakukan kegiatan pengelolaan hutan negara memiliki aset lahan hutan yang masih berpeluang untuk dimanfaatkan secara optimal.
“Keberadaan kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani perlu dimanfaatkan secara optimal. Tidak jauh dari itu poin yang dibicarakan dalam pertemuan tadi,” kata Eko Febrianto saat ditemui setelah keluar dari gedung pertemuan.
Eko Febrianto menambahkan, pihaknya juga menyampaikan masalah yang sering terjadi terkait perambahan dan pembalakan liar yang marak akhir-akhir ini, khususnya yang terjadi di Kabupaten Situbondo dan Bondowoso.
“Perhutani tidak bisa bekerja sendiri, perlu sinergitas dengan semua stakeholder termasuk dengan TNI, Polri, NGO atau LSM dan awak media untuk menghadapi tantangan permasalahan di lapangan yang makin lama kian komplek,” jelasnya.
Hutan merupakan ekosistem kompleks yang berpengaruh pada hampir setiap spesies yang ada di bumi. Pada saat hutan tergradasi, maka akan dapat menyebabkan berbagai macam bencana, baik itu lokal maupun di seluruh dunia.
Kata Eko, kerusakan hutan atau deforestasi terjadi hampir di seluruh dunia, dimana kerusakan tersebut sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), saja ada hampir 7,3 juta hektar hutan di seluruh dunia hilang setiap tahunnya.
“Dampak kerusakan hutan bagi lingkungan hidup sangat beragam dan sangat merugikan populasi di sekitarnya. Jika hutan hilang siapakah yang dirugikan kita sendiri kan, sebagai penghuni bumi karena hilangnya paru-paru dunia ini. Itu yang panjang lebar kami bahas,” paparnya.
Seperti kita ketahui bersama pemicu terbesar kegiatan deforestasi hutan adalah kegiatan industri, terutama industri kayu. Faktor lainnya adalah karena adanya alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan seperti yang marak di beberapa daerah di Jawa timur ini. Atau bisa juga dijadikan sebagai lahan pemukiman bagi warga.
“Modus operandi yang umum digunakan dalam kegiatan deforestasi antara lain adalah dengan membakar hutan atau dengan cara menebang pohon-pohonnya secara liar. Praktik itu akan dapat mengakibatkan tanah menjadi tandus, yang nantinya akan dapat menimbulkan berbagai macam bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Seperti yang baru-baru ini terjadi di kawasan Sempol Belawan Bondowoso dan dibeberapa titik di wilayah kabupaten Situbondo. Ini sudah sangat memprihatinkan dan tidak boleh dibiarkan,” tegas Eko.
Dengan adanya pertemuan hari ini diharapkan ke depannya pengawasan dan penindakan kepada pelaku pembalakan dan perambahan hutan secara ilegal dengan berbagai modus bisa ditindak secara tegas tanpa pandang bulu, siapapun pelakunya bahkan
para kaum kapitalis yang saat ini menguasai ratusan hektar dengan cara PKS abal-abal pun harus segera ditertibkan, pungkasnya.
Reporter: Frengky
Redaktur: Zul