web media jatim
Brosur UIJ Sosial Media-01
Segenap pimpinan dan karyawan_20250605_201559_0000
10_20250605_164323_0009
3_20250605_164323_0002
5_20250605_164323_0004
Display Pancasila dan Lebaran 2024_20250605_233152_0000

Ra Abbas Kisahkan Seorang Sahabat yang Ingin Jatuh Miskin, Tapi Justru Jadi Sultan Lantaran Memborong Kurma Busuk

Media Jatim
Lora Abbas
(Dok. Banyuanyar Official) Ra Abbas Katandur.

Pamekasan — Ada seorang sahabat Nabi Muhammad saw. yang bosan kaya. Gelimang harta yang dimilikinya sejak menjadi pedagang sukses, membuatnya sangat ingin merasakan jatuh miskin.

2_20250605_164322_0001
7_20250605_164323_0006
4_20250605_164323_0003
12_20250605_164323_0011
1_20250605_164322_0000

Kemudian, ada langkah besar yang dilakukannya agar menjadi bangkrut. Namun langkah itu justru membawanya menjadi seorang yang kaya raya–sultan sebutan orang sekarang.

9_20250605_164323_0008
8_20250605_164323_0007
5_20250605_164641_0004
11_20250605_164323_0010

“Dia bernama Abdurrahman bin Auf,” ungkap Ra Abbas Katandur saat mengisi tausiah dalam peresmian Bawang Mas Center (BMC) Republik Indonesia di Kelurahan Bugih, Kecamatan Pamekasan, Senin (5/12/2022) malam.

6_20250605_164323_0005
2_20250605_164641_0001
3_20250605_164641_0002
8_20250605_164641_0007
Salinan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sampang_20250606_103712_0000

Pada masa Nabi Muhammad saw., terang Ra Abbas, Abdurrahman bin Auf menyedekahkan separuh hartanya. Sebab, kekayaan yang dimilikinya justru menjadi suatu kekhawatiran baginya. Bahkan, sahabat Nabi ini sempat berusaha keras untuk menjadi orang miskin.

Baca Juga:  Mayat Mr X di Alas Purwo Ternyata Warga Jateng

Suatu waktu, cerita Ra Abbas, Abdurrahman bin Auf mendapatkan kabar banyaknya kurma busuk. Tak sedikit pedagang kurma frustasi. Bagi mereka saat itu, kemiskinan sudah di depan mata.

Saat kesedihan melanda seluruh pedagang kurma, Abdurrahman bin Auf datang bak “malaikat”.

Dia memborong semua kurma busuk tersebut dengan harga sama dengan kurma berkualitas tinggi.

Bagi para pedagang, Abdurrahman bin Auf adalah pahlawan. Tapi bagi sahabat yang dikenal pedagang hebat itu, penilaian tersebut sama sekali tak berarti. Bahkan, dirinya merasa justru para pedagang itulah sang pahlawan. Sebab, bisa mewujudkan misinya untuk hidup miskin.

IMG-20250502-WA0029
IMG-20250502-WA0027
IMG-20250502-WA0028
IMG-20250502-WA0031
IMG-20250502-WA0030
IMG-20250604-WA0240
4_20250605_164641_0003
6_20250605_164641_0005
1_20250605_164641_0000

Usai memborong semua kurma busuk dengan nyaris menghabiskan seluruh hartanya, Abdurrahman bin Auf bisa bernapas lega. Kemiskinan yang didambakannya sudah dalam genggaman.

Baca Juga:  Kasus Dua Oknum DPRD Banyuwangi Dilimpahkan ke PPNS Surabaya

Namun, sesaat kemudian, genggamannya terbuka dengan sendirinya. Kemiskinan yang sudah direngkuh Abdurrahman bin Auf lepas seketika.

“Kalau Allah Swt. sudah menakdirkan seseorang kaya, maka dia tetap akan kaya,” ungkap Ra Abbas.

Ra Abbas melanjutkan kisahnya. Beberapa hari usai Abddurahman bin Auf memborong kurma busuk, di Yaman diterpa wabah; penyakit ganas mudah menular.

Setelah diteliti, ternyata obat dari penyakit tersebut adalah kurma busuk. Orang-orang pun mencarinya. Tapi, yang ada hanyalah kurma-kurma bagus yang butuh waktu lama agar bisa busuk.

Setelah Raja Yaman tahu Abdurrahman bin Auf punya banyak kurma busuk, akhirnya dibeli dengan harga sepuluh kali lipat.

“Abdurrahman bin Auf pun gagal miskin. Bahkan, beliau menjadi sultan yang kian bergelimang harta,” kata Ra Abbas.

Dalam kesimpulannya, Ra Abbas menegaskan, meskipun menjadi sahabat nabi terkaya, Abdurrahman bin Auf tetap gemar bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan. Dirinya tidak segan-segan dalam menggelontorkan hartanya di jalan kebaikan.(*/nam)