Jika sebuah pertanyaan diajukan untuk mengetahui siapa pesepak bola terbaik di abad 21, maka jawabannya akan mengarah kepada dua nama, Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo.
Dari sederet pemain paling hebat yang ada saat ini, hanya keduanya yang layak untuk saling disaingkan. Bahkan keduanya kerap dikatakan sebagai pemain dari planet lain–tak jarang pula disebut dengan The Greatest of All Time (GOAT).
Sudah sejak lama pembandingan ini terjadi. Keduanya silih berganti menjadi pemenang Ballon D’or, saling salip gol dalam setiap musimnya, bergantian memenangkan titel-titel prestisius, dan itu, adalah bukti mengapa keduanya disandingkan untuk bersaing–alih-alih menyandingkan pemain lain.
Sejauh ini, hanya kedua pemain itu yang paling konsisten menampilkan permainan dalam level yang sama setiap tahunnya.
35 dan 37 tahun bukanlah usia emas bagi pesepak bola. Tapi baik Messi maupun Ronaldo belum menampakkan indikasi penurunan performa. Usia hanyalah angka bagi mereka.
Namun ironi terjadi di penghujung 2022. Jangankan bersaing, CR7 justru mengalami hal berkebalikan dari LM10.
Ronaldo, mengalami masa suram yang bahkan mungkin tidak pernah dia bayangkan sebelumnya–mengingat perjalanan karir gemerlap sang pria kelahiran Madeira, Portugal, 5 Februari 1985.
Dia diperebutkan banyak klub, diburu tanda tangannya, berbagai perusahaan besar antre untuk menjadikannya endorsee hingga brand ambassador produknya.
Tapi kini, dia tidak punya klub. Sebuah titik yang paling suram bagi karir seorang pesepak bola. Di mana lagi kemampuan bermainnya akan dijual jika tanpa klub?
Mungkin ini bukan awal, tapi kesuraman garis hidup pemilik nomor punggung 7 ini tampak kentara pascawawancara dengan Piers Morgan, jurnalis harian ternama di Inggris, The Sun.
Awalnya, The Sun merilis beberapa bagian wawancara eksklusif tersebut pada 14 November 2022. Kemudian dirilis secara penuh pada tanggal 16 dan 17 di bulan yang sama di Talk TV.
Dalam wawancara selama 90 menit itu ada banyak hal yang dikatakan oleh Ronaldo dan membuat beberapa pihak tidak nyaman.
Terutama tentang Manchester United (MU) yang menurutnya tak ada perkembangan pascaera Sir Alex Ferguson. Juga soal perlakuan manajemen MU terhadap dirinya yang menginginkan agar dia hengkang.
Kontroversi ini bahkan lebih menyita perhatian publik sepak bola daripada hiruk pikuk menjelang perhelatan turnamen paling akbar sejagat, Piala Dunia Qatar 2022.
Selang beberapa hari dari wawancara itu, MU resmi memutus kontrak pemain yang telah mencetak 801 gol sepanjang karirnya, Rabu (23/11/2022) dini hari WIB.
Bagaimana dengan Penampilannya di Lapangan?
Piala Dunia 2022 Qatar diyakini akan menjadi piala dunia terakhir bagi Ronaldo, mengingat usianya yang kini telah mencapai 37 tahun.
Ronaldo akan melakukan segalanya untuk membawa Portugal meraih satu-satunya gelar yang belum pernah dia rasakan.
Ronaldo adalah sosok ambisius, pekerja keras, pantang menyerah. Dia selalu melakukan yang tebaik untuk menggapai apa yang diburunya, termasuk dalam ‘balapan’ dengan Messi urusan gol, gelar dan penghargaan dalam sepak bola.
Namun yang terjadi sungguh di luar dugaan. Ajang empat tahunan itu bukan lagi panggung megah baginya.
Pemain dengan caps terbanyak bagi Portugal (195) tersebut hanya tampil sebanyak 291 menit dari total 450 menit yang dimainkan oleh Portugal.
Dia hanya menjadi starter pada tiga laga awal penyisihan Grup H, lalu menjadi pemain pengganti pada fase knock out kala Portugal menghadapi Swiss dan Maroko.
Bahkan Sofascore mencatat Ronaldo sebagai pemain dengan rating terendah di antara pemain Portugal lainnya pada piala dunia kali ini.
Satu-satunya yang bisa dibanggakan Ronaldo adalah rekor pribadinya, selalu mencetak gol pada lima kali piala dunia yang diikutinya, 2006, 2010, 2014, 2018 dan 2022.
Berbeda dengan situasi Ronaldo, siapa pun bisa menilai, bagaimana Lionel Messi benar-benar menjadi pemain yang paling diagungkan menjelang pergantian tahun 2022 ke 2023 ini.
Selain semakin padunya Messi dengan para pemain Paris Saint Germain (PSG) di level klub, pria kelahiran Buenos Aires juga memborong penghargaan pemain terbaik turnamen sekaligus trofi piala dunia ketiga untuk Argentina.
Keberhasilan kapten tim Tango mengangkat trofi piala dunia Qatar 2022 seolah menghapus nama Cristiano Ronaldo dari memori para penggemar bola di seluruh dunia untuk sejenak, dan membuat orang-orang tak lagi punya alasan untuk membela Ronaldo.
Piala yang secara kalkulasi matematis mustahil untuk diraih oleh Ronaldo, dan menjadi satu-satunya piala yang menjadi pembeda di antara keduanya.
Betapapun terpuruknya Ronaldo saat ini, dia tetap sangat layak untuk dikenang sebagai legenda. Pesepak bola yang yang sulit untuk disamai.(*) Acordem Cristiano!
*Abdul Kholisin adalah Wartawan Media Jatim wilayah kerja Kabupaten Pamekasan.