Balita Suspek Campak Naik Drastis, Dinkes Keluhkan Anggaran Penanganan yang Dipangkas 50 Persen

Media Jatim
Campak
(Dok. Media Jatim) Petugas Puskesmas Socah menyosialisasikan gejala dan penanganan campak pada orang tua yang memiliki anak dan balita di bawah usia 10 tahun, di Desa Keleyan, Kecamatan Socah, Selasa (31/1/2023).

Bangkalan — Kasus campak di Bangkalan melonjak drastis. Jika per bulan pada 2022 lalu rata-rata 11 kasus, pada Januari 2023 sudah ditemukan 27 balita berusia di bawah 10 tahun suspek campak.

Kepala Seksi (Kasi) Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Bangkalan Siska Damayanti mengungkapkan, penderita campak melonjak drastis pada tiga minggu pertama.

“Hanya dalam waktu tiga minggu saja kami dapat laporan 27 balita menderita campak. Jumlah ini cukup mengkhawatirkan, karena sepanjang tahun 2022 hanya ditemukan 140 kasus,” ungkapnya, Selasa (31/1/2023).

Baca Juga:  Nakes Tidak Terakomodir Pendaftaran PPPK, DPRD Bangkalan Sebut Ini Kelalaian Pihak Terkait!

Jika penularan terjadi pada ibu hamil berusia di bawah 16 minggu, lanjut Damayanti, maka risiko terbesarnya akan merusak pertumbuhan janin yang masih dalam kandungan dan akan mengakibatkan bayi lahir cacat.

“Misalnya, bayi yang dilahirkan akan cacat seperti jantung bocor dan kelainan pada mata. Itu yang mengkhawatirkan dan membuat campak menjadi program prioritas pemerintah sebab risikonya lebih tinggi jika menular ke ibu hamil,” bebernya.

Meskipun menjadi prioritas, untuk menekan angka penderita campak ini pihaknya mengaku kesulitan karena faktor anggaran.

Pada 2023 ini, tambah Damayanti, pihakhnya hanya kebagian Rp100 juta untuk mengatasi segala jenis penyakit pada anak, termasuk campak dan difteri.

Baca Juga:  Puslatkab Pamekasan Diundur 2 Kali, KONI Berdalih Anggaran Belum Cair

“Kalau dulu, kami kebagian Rp200 juta, cuman sekarang turun hingga 50 persen menjadi Rp100. Anggaran itu hanya untuk telusur kasus dan pengambilan sampel, kalau vaksinnya sudah disediakan gratis oleh pemerintah,” tutupnya.(hel/ky)