Display 17 Agustus _20240918_112934_0000

Dosen Universitas Madura Ikut Serta Pecahkan Rekor Muri 59.000 Pantun di Festival Pantun 2023 Jakarta

Media Jatim
Rekor Muri Pantun 2023
(Dok. Media Jatim) Dosen Prodi Bahasa Indonesia (PBI) Universitas Madura (Unira) Muhammad Tauhed Supratman.

Pamekasan, mediajatim.com — Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) Universitas Madura (Unira) Muhammad Tauhed Supratman menjadi penulis Pemecah Rekor Muri Festival Pantun 2023 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Acara Seremonial Pemecah Rekor Muri ini digelar pada Rabu, 14 Juni 2023. Pada acara tersebut UNJ mengumumkan bahwa ada 59.000 naskah pantun yang masuk dalam seleksi Festival Pantun 2023 UNJ.

Kepada mediajatim.com, Tauhed Supratman menerangkan, Festival Pantun 2023 ini merupakan serangkaian dari acara Dies Natalis UNJ ke-59.

“Pesertanya dari kalangan umum dan dosen. Saya satu-satunya dari Unira yang mengirimkan pantun pada kegiatan ini karena dua dosen sastra yang lain berhalangan untuk ikut,” terangnya, Rabu (2/8/2023).

Baca Juga:  Sederet Prestasi Moh. Abdan Syakuro, Mahasiswa IAIN Madura yang Dicabut Bidikmisinya

Tauhed juga menuturkan, ada 15 naskah pantun yang dia kirimkan pada festival ini. “Karena panitia festival ini membebaskan genre pantun jadi saya menulis pantun-pantun yang berkaitan dengan korupsi dan literasi,” paparnya.

Pantun-pantun yang dikirimkan, lanjut Tauhed, terinspirasi dari fenomena-fenomena yang terjadi belakangan ini seperti kasus korupsi dan plagiasi yang dimuat media massa.

Banner Iklan Media Jatim

“Sastrawan adalah saksi-saksi sunyi dari kehidupan ini. Semuanya terekam dengan indah oleh sastrawan kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Saya pernah baca ada seorang yang mengaku sastrawan tapi ternyata hasil karyanya menjiplak,” bebernya.

Menurut Tauhed, Festival Pantun 2023 yang digelar UNJ ini patut diteruskan, sebab, memberi kesempatan kepada masyarakat untuk melestarikan budaya Nusantara.

Baca Juga:  KPU Pamekasan Imbau PPS Segera Cairkan Honor KPPS: Hari Ini Wajib Selesai!

“Yang menarik perhatian saya karena ini adalah festival. Jadi berarti ada upaya untuk mengembangkan pantun kembali karena pada masa ini pantun sudah tidak lagi diperhatikan, tidak dipandang bahkan diremehkan,” jelasnya.

Budaya berpantun ini, sambung Tauhed, hanya dimiliki oleh orang-orang Nusantara.

“Jadi acara semacam ini penting meskipun tidak harus festival, misalnya, lomba menulis pantun atau lomba membaca pantun. Perlu digelar agar menjaga kelestarian budaya berpantun,” tuturnya.

59.000 naskah pantun yang masuk ke meja panitia UNJ tengah proses pembukuan. “Masih menunggu ISBN dari Perpusnas, dan akan didistribusikan pada Agustus 2023,” pungkasnya.(mj15/ky)