Display 17 Agustus _20240918_112934_0000

Sedapnya Nasi Kobel Sampang Bikin Lidah Auto Goyang, Diburu Warga Lokal hingga Bule Amerika

Media Jatim
Nasi Kobel
(M. Arif/Media Jatim) Penjual Nasi Kobel asal Desa Tambaan, Kecamatan Camplong, Amina (57) saat melayani pembeli, Sabtu (19/8/2023).

Sampang, mediajatim.com — Harusnya Sampang tidak hanya dijuluki sebagai Kota Bahari. Salah satu kabupaten di Pulau Madura ini juga layak dikenal dengan Kota Kuliner.

Salah satu kuliner khas warga Sampang, ada di wilayah pesisir Camplong, Sampang, yaitu Nasi Kobel (Korang Abelih). Korang Abelih itu bahasa Madura, yang kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi: kurang ya balik.

Salah seorang penjual Nasi Kobel Aminah (57) menuturkan bahwa nasi tersebut awalnya sebagai bekal para nelayan ketika ingin menangkap ikan di laut.

“Disebut Korang Abelih sebab kebiasaan para nelayan, kalau kurang bekal, pasti kembali ke bibir pantai untuk menjemput nasi yang sudah disiapkan istrinya,” ungkapnya, Sabtu (19/8/2023).

Baca Juga:  Gandeng Universitas Ciputra, UNIJA Beri Pendampingan Inovasi Pengeringan Rumput Laut di Saronggi Sumenep

Aminah menjelaskan bahwa menu Nasi Kobel sebenarnya sederhana, yakni nasi dengan lauk ikan asin, ikan tongkol, tahu semur, urap kelapa, lalu ditambah sambal terong. Satu porsi nasi ini hanya Rp10 ribu.

Banner Iklan Media Jatim

“Di awal penjualan, saya buka pukul 10.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Namun kalau sekarang buka hingga habis subuh, sebab malam itu malah tambah ramai, apalagi tepat di pinggir jalan. Jadi dari Jakarta, dan kota lain sudah pernah makan di sini,” jelasnya.

Bahkan, kata Aminah, Nasi Kobel buatannya itu juga sudah pernah dicicipi orang Taiwan pada 2009 lalu. “Bule Amerika juga pernah datang ke sini, katanya tahu dari YouTube, makanya penasaran ke sini,” ujarnya.

Baca Juga:  Kalapas Narkotika Kelas IIA Pamekasan Resmi Berganti, dari Eddy Junaedi ke Yhoga Aditya!

Amina menambahkan, usaha kulinernya itu sudah berusia puluhan tahun. Saat ini sudah memiliki enam karyawan, sebab buka hampir 24 jam, jadi harus gantian kerjanya.

“Selain untuk menjual, saya juga ingin mengenalkan kepada orang bahwa kita punya kuliner murah namun enak di lidah, sebab kalau harga tidak naik, ya tidak mungkin kami naikkan juga harganya,” pungkasnya.(rif/faj)