MEDIAJATIM.COM, Madiun-Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Madiun menyalurkan bantuan ke korban longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Kamis (13/4). Penyaluran bantuan terhadap korban longsor awal April tersebut melalui Lembaga Penanggulan Bencana dan Iklim NU (LPBI NU). Bantuan yang diberikan berupa uang, makanan instan dan kebutuhan dasar lainnya.
Ketua PCNU Madiun KH. Mizan Basyari menegaskan, apa yang menimpa Ponorogo merupakan peristiwa yang tidak bisa dihindari. Atas nama kemanuisaan, pihaknya beserta masyarakat lainnya berkewajiban meringankan beban sesama saudara yang sedang tertimpa musibah.
“Semoga para korban diberikan kesabaran dalam menerima keadaan ini”, kata Gus Mizan saat meberangkatkan tim LPBI di halaman NU Center pada Kamis (13/04) kemarin.
Jaelono selaku ketua LPBI NU, memberikan keterangan bahwa sampai hari ini potensi ancaman longsor makin meningkat di wilayah Ponorogo. Bahkan, lanjut Jaelono, tanah retak disertai bunyi gemuruh di Desa Dayakan Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo pun terjadi.
“Dengan retakan baru ini menyebabkan jumlah pengungsi bertambah, semoga para pengungsi tidak panik”, tuturnya.
Sebelumnya, akibat longsor, jumlah pengungsi dari Dusun Watuagung Desa Dayakan sebanyak 249 orang. Kini bertambah menjadi 341 jiwa menyusul adanya dentuman suara gemuruh sangat keras sebanyak 21 kali pada Senin (10/4/2017).
Lebar tanah yang retak mencapai sekitar panjang 300 meter, lebar 40 centimeter dan kedalaman 3 meter di Watuagung. Warga terdampak sebanyak 91 orang yang berlokasi di Dukuh Kliur RT. 8 yang berada langsung di bawah Dusun Watuagung ikut mengungsi sehingga keseluruhan pengungsi berjumlah 341 orang.
Sebanyak 22 unit rumah rusak dari total 69 unit rumah yang terdampak sehingga penghuninya dikosongkan seluruhnya. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas di rumahnya dan di sekitar daerah terlarang untuk mengantisipasi kemungkinan longsor.
Seluruh pengungsi ditempatkan di 2 tenda pengungsi, SD 2 Dayakan dan rumah penduduk yang ditunjuk sebagai tempat pengungsian yakni rumah Mariman, Sriyono, Nyaman, Mujoko, Siman, Giyanto. BPBD Ponorogo telah mendirikan Posko di Balai Desa Dayakan. Pemantauan dan koordinasi dilakukan bersama dengan Muspika dan Perangkat Desa. BPBD bersama TNI, Polri, Tagana, PMI, SKPD, relawan dan masyarakat memberikan bantuan logistik, tenda, tikar, selimut, terpal, kebutuhan air bersih, MCK dan lainnya. BMKG Tretes Malang telah memasang seismograf untuk mendeteksi gempa dan getaran tanah.
Kebutuhan mendesak adalah kebutuhan keperluan balita, keperluan mandi, pakaian layak pakai, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lainnya.
Sementara itu, pencarian 24 korban hilang yang tertimbun longsor di Desa Banaran Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo telah dihentikan. Kondisi medan yang berat dan adanya ancaman longsor susulan menyebabkan semua pihak menyepakati bahwa pencarian korban dihentikan. Masyarakat telah mengikhlaskan anggota keluarga yang belum berhasil ditemukan menyusul adanya longsoran susulan yang cukup besar pada Minggu (9/4).
Dengan demikian, dari 28 korban jiwa yang tertimbun, 4 jenazah berhasil ditemukan dan 24 orang dinyatakan hilang. Saat ini sebanyak 300 jiwa masih mengungsi. Kebutuhan dasar bagi pengungsi mencukupi. Nantinya sebagian besar dari mereka akan direlokasi. Pemda Ponorogo masih mencari lahan yang aman untuk relokasi warga nantinya.
Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, menghimbau kepada masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya mengingat potensi longsor masih tinggidi wilayah Ponorogo.
“Hujan berintensitas tinggi masih berpeluang hingga awal Mei. Sementara, kondisi tanah sudah jenuh air. Apalagi kondisi batuan sudah banyak yang mengalami pelapukan sehingga mudah longsor”, tandasnya. (Ali Makhrus)