Pencungkilan Mata di Film G 30/S PKI, Ini Respon Zawawi Imron

Media Jatim

MediaJatim.com, Pamekaaan – Saat menjadi narasumber acara di Kabupaten Pamekasan, Budayawan Madura D Zawawi Imron merespon kontroversi film dokumenter G/30 S PKI.

InShot_20241111_121036630
InShot_20241111_154314461

Itu terjadi dalam Forum Sosialisasi Kebijakan Lembaga Sensor Film di Hotel Front One, Kamis (26/10). Acara yang diadakan Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia diikuti oleh kalangan pers, pejabat, ulama, dan perwakilan pemuda.

“Dalam perkembangannya, pencungkilan mata di film tersebut membentur validasi fakta sejarah. Bagaimana peran LSF?” tanya Hairul Anam, wartawan Kabar Madura dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pamekasan.

Baca Juga:  DPRD Banyuwangi Penuhi Tuntutan Mahasiswa

Sejatinya, pertanyaan Anam diajukan kepada narasumber satunya dari LSF, Arturo. Hanya saja, Kiai Zawawi turut meresponnya dengan santai.

“Pencungkilan mata itu mungkin ada. Pencungkilan mata itu mungkin tidak ada,” ujar Kiai Zawawi yang disambut tepuk tangan hadirin.

Dinas lingkungan hidup kabupaten sumenep_20241112_113109_0000
IMG-20241113-WA0037

Diterangkan, tugas kita adalah mengambil hikmah dari sejarah. Bukan mengutuknya. Karenanya, kita mesti selalu berupaya menghadirkan energo positif.

“Hati yang dekat kepada Allah adalah sumber energi positif,” tukasnya.

Baca Juga:  PGRI Bangkalan Curhat Sering Diperas Oknum LSM dan Wartawan, PWI: Lapor Polisi, Kami Siap Bantu!

Sementara itu, Arturo menegaskan setiap produk media tidak lepas dari ideologinya. Kepentingan Soeharto Orde Baru tentu punya maksud tertentu sebagai rezim produksi film G 30/S PKI.

“Kalau Anda tidak setuju, maka jangan ditonton. Atau, bikinlah film tandingan,” ujar Arturo menanggapi pertanyaan Anam.

Menurutnya, LSF tidak punya kewenangan memotong film hanya karena bersangkut paut dengan sejarah. Tapi lebih pada dampak terhadap anak-anak dan sebagainya.

Reporter: Fathorrahman

Redaktur: Sule Sulaiman