MediaJatim.com, Pamekaaan – Saat menjadi narasumber acara di Kabupaten Pamekasan, Budayawan Madura D Zawawi Imron merespon kontroversi film dokumenter G/30 S PKI.
Itu terjadi dalam Forum Sosialisasi Kebijakan Lembaga Sensor Film di Hotel Front One, Kamis (26/10). Acara yang diadakan Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia diikuti oleh kalangan pers, pejabat, ulama, dan perwakilan pemuda.
“Dalam perkembangannya, pencungkilan mata di film tersebut membentur validasi fakta sejarah. Bagaimana peran LSF?” tanya Hairul Anam, wartawan Kabar Madura dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pamekasan.
Sejatinya, pertanyaan Anam diajukan kepada narasumber satunya dari LSF, Arturo. Hanya saja, Kiai Zawawi turut meresponnya dengan santai.
“Pencungkilan mata itu mungkin ada. Pencungkilan mata itu mungkin tidak ada,” ujar Kiai Zawawi yang disambut tepuk tangan hadirin.
Diterangkan, tugas kita adalah mengambil hikmah dari sejarah. Bukan mengutuknya. Karenanya, kita mesti selalu berupaya menghadirkan energo positif.
“Hati yang dekat kepada Allah adalah sumber energi positif,” tukasnya.
Sementara itu, Arturo menegaskan setiap produk media tidak lepas dari ideologinya. Kepentingan Soeharto Orde Baru tentu punya maksud tertentu sebagai rezim produksi film G 30/S PKI.
“Kalau Anda tidak setuju, maka jangan ditonton. Atau, bikinlah film tandingan,” ujar Arturo menanggapi pertanyaan Anam.
Menurutnya, LSF tidak punya kewenangan memotong film hanya karena bersangkut paut dengan sejarah. Tapi lebih pada dampak terhadap anak-anak dan sebagainya.
Reporter: Fathorrahman
Redaktur: Sule Sulaiman