MediaJatim.com, Surabaya – Deklarasi dan Dialog Publik yang diselenggarakan oleh Barisan Mahasantri Loyalis Khofifah (BASMALAH) dengan mengusung tema “Peran Mahasantri Dalam Menepis Money Politic di Jawa Timur”, tepat pada hari Minggu (17/17), berlangsung di Angkringan 57 Lt.2 Wonocolo, Surabaya.
Acara tersebut diikuti oleh Mahasiswa dari 72 Perguruan Tinggi di Jawa Timur yang tergabung dalam Basmalah, demi memenangkan Khofifah-Emil.
Ketua Basmalah, Kholili menyampaikan bahwa Mahasantri (Mahasiswa dan santri ) yang bergabung dengan Basmalah siap untuk memenangkan Bunda Khofifah dan Mas Emil Dardak sebagai Gubenur Jawa Timur untuk periode 2018-2023.
Dasar dibentuknya Basmalah, tambah Kholili, sebagai wadah relawan yang dioperasikan untuk berkampanye di berbagai kampus dan pemilih pemula yang ada di berbagai kota dan kabubaten.
“Ahamdulillah, 72 Kampus baik negeri maupun swasta tergabung dengan basmalah yang disiapkan untuk berkampanye di semua perguruan tinggi dan memberikan pengetahuan bagi pemilih pemula jawa Timur, bagaimana menjadi pemilih pemula yang cerdas,” ungkap Mahasiswa asal Pamekasan, yang kini menempuh Pendidikan Strata 1 di Universitas Islam Negeri Surabaya tersebut.
Dalam acara itu, turut hadir Sholahuddin Wahid selaku Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Muhammad Saifuddin selaku Sekjend Partai Demokrat Sampang, Eko Ernada selaku Staf Khusus Kementrian Sosial RI, Para Seniman dan Jurnalis Jawa Timur.
Para hadirin sangat antusias mengikuti acara tersebut, selain sebagai moment Deklasi dukungan, dalam kesempatan tersebut banyak hal yang oleh para pembicara terkait bagaimana menepis money politic yang kian mendarah daging di Indonesia khususnya di Jawa timur. Ironisnya, dampak dari praktik money politik tersebut berbahaya pada kemajuan bangsa dan warga di dalamnya.
Senada dengan yang disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Gus Sholah. bahwa pengaruh money politic sangat bahaya bagi masyarakat kedepannya. Berdasarkan hasil survei dampak politik berpengaruh 94% terhadap masyarakat.
“Dengan terindentifikasi sifat kebohongan seseorang 47%, jujur 7%, dan sering bohong 40%,” ungkapnya.
Dilanjutkan oleh Muhammad Saifuddin, sebagai narasumber kedua menyampaikan bahwa pemuda adalah penentu bangsa dengan konsep-konsep yang dimiliki guna menorehkan tinta emas bagi bangsa.
“Pemuda harus memiliki daya kritis dan idealisme diri. Hingga tak mejadikan nalar nasional pemuda tertutupi oleh nafsu kekuasaan. Pemuda harus mampu berdagang konsep bukan berdagang produk,” jelas Sekjen Demokrat Kabupaten Sampang tersebut.
Reporter: Izmi Nugraheni
Redaktur: Sule Sulaiman