PKPNU, dari Aswaja hingga Azwaja

Media Jatim

MediaJatim.com, Jember-Pendidikan Kader Penggerak Aswaja (PKPNU) angkatan pertama yang digelar di Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Jember, Jawa Timur, cukup menggigit.

IMG-20250610-WA0026
IMG-20250610-WA0028
IMG-20250608-WA0056
IMG-20250610-WA0027
IMG-20250610-WA0029

Itu karena pesertanya tidak hanya para kader/pengurus MWC NU, tapi juga sejumlah kiai dan pimpinan lembaga juga ikut menjadi peserta. Misalnya Prof Dr. Babun Suharto (Rektor IAIN Jember), Dr. Hobri (Dosen Pascasarjana Universitas Jember).

IMG-20250609-WA0045

Selain itu, ada Dr. Fathurrozi (Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jember), Ir. Rasyid Zakaria (Kepala Dinas PU Bina Marga dan SDA) dan KH Abdullah Syamsul Arifin (Ketua PCNU Jember).

Baca Juga:  Rauf dan Biya, Pasutri Lansia Pamekasan Ini Bertahan Hidup dengan Jadi Pemulung

Yang menarik, saat pembukaan PKPNU, sekretaris panitia, Moch. Kholili menyebut sebagian tokoh/pengurus NU sudah paham betul soal Aswaja. Kendati demikian, mereka tetap diwajibkan ikut PKPNU.

“Saya yakin sebagian pengurus NU, tidak hanya paham tentang Aswaja, tapi soal Azwaja (istri-istri) juga paham banget,” ujarnya disambut tawa hadirin.

Dalam sambutannya, Koordinator PKPNU Nasional, Abdul Mun’im DZ juga ikut menanggapi ungkapan Azwaja. Menurutnya, soal Azwaja biarlah urusan mereka yang paham.

Tapi soal Aswaja, harus menjadi perhatian segenap pengurus dan kader NU. Dikatakannya, saat ini NU dikepung oleh berbagai kekuatan yang secara terus-menerus menebar propaganda kebencian terhadap amaliah NU.

Baca Juga:  Sempurnakan Perda, Aliyadi: Tembakau Perlu Perlakuan Khusus

“Soal Azwaja, saya tidak ikut-ikut. Yang pasti PKPNU intinya adalah merapatkan barisan untuk membangun ghirah terhadap NU,” tukasnya.

Azwaja adalah ungkapan yang merujuk pada sebuah kondisi individu yang tengah memerankan lakon (asmara) ambigu, yaitu “matsna wa tsulatsa” .

Perbedaan kata-kata Aswaja dan Azwaja, sebetulnya sangat tipis, hanya terletak pada S dan Z. Namun arti dan prekteknya sungguh jauh berbeda. Meski demikian, seseorang bisa paham sekaligus mengamalkan kedua-duanya. Atau paham kedua-duanya tapi hanya mengamalkan salah satunya.

Reporter: Aryudi A Razaq

Redaktur: Sule Sulaiman