PERIODE II
Opini  

Nomor Urut Satu dan Ayat Kemenangan

Media Jatim

Semester pertama kemaren, anak saya mendapat rangking 1 di sekolahnya. Betapa senangnya saya dan istri saya sebagai orang tua. Atas prestasinya, kami rela memberikan hadiah sebagai tanda kebanggaan dan anak saya begitu senang karena hasil belajarnya mendapat penghargaan.

Rangking 1 bagi saya sangatlah sakral, karena angka 1 adalah angka keramat. Angka ini menunjukkan sebuah kwalitas. Banyak perusahaan mengiklankan barang produksinya dengan klaim kwalitas nomor 1. Seperti kecap nomor 1, susu nomor 1, pasta gigi nomor 1 dan lain sebagainya yang selalu menggandeng angka 1 untuk menarik minat beli para konsumen.

Itu sebabnya, kenapa nomor urut paslon cabup-cawabup diundi oleh KPU, bukan ditentukan atau sesuai permintaan. Karena pastinya semua paslon akan berebut untuk mendapat nomor urut 1 dan tentunya akan menggugat dengan berbagai alasan jika tidak ditetapkan sebagai kontestan nomor urut 1. Angka 1 (diakui atau tidak) adalah misteri yang dipercaya membawa keberuntungan dalam pandangan banyak orang.

Paslon Berbaur dalam pengambilan nomor urut kemaren ditakdirkan mendapat nomor urut 1. Dengan demikian, secara otomatis pasangan Kholifah mendapat nomor urut 2, karena dalam bursa Pilkada Pamekasan tahun ini hanya ada dua kubu pasangan cabup-cawabup yang akan bertarung.

Takdir adalah sesuatu yang bernilai intrinsik dan bersifat esoteris. Kehadirannya atas dasar wewenang dan hak prerogatif Allah. Melacak sebab musabab datangnya takdir adalah sesuatu yang jauh dari jangkauan akal manusia. Bukan berarti karena Berbaur akan berhasil menjadi orang nomor 1 di Pamekasan, lalu Allah mentakdirkannya medapat nomor urut 1 sebagai isyarat. Belum tentu, dan kita tidak boleh melampaui kewenangan Allah.

Namun, secara umum Allah menurunkan takdir lengkap dengan sebab dan musababnya. Itulah yang kemudian disebut dengan sunnatullah. Fenomena alam pun banyak terjadi dengan diawali tanda-tanda alam yang mendahuluinya. Ahli fisika menamakannya dengan sistem keseimbangan kosmos.

Hujan terjadi karena disebabkan awan yang menggumpal. Banjir terjadi karena curah hujan yang begitu deras tak terbendung. Erosi terjadi karena sedikitnya volume akar pohon yang mengikat tanah akibat penebangan liar. Dan bukan hal yang mustahil, bahwa pasangan berbaur akan menjadi orang nomor wahid di Pamekasan karena nomor urut 1 yang ditakdirkan Allah adalah tanda-tanda alam yang menyampaikan isyarat kemenangan pada saatnya.

Dalam memberikan label atau nama pada sesuatu, terutama pada seorang anak yang baru lahir, kita dituntun oleh agama untuk memberikan nama yang baik. Pemilihan nama tersebut sangat penting, karena akan menjadi do’a kepada yang dinamakan. Maka menentukan nama yang bermakna kebaikan, kesuksesan, keberhasilan, kesehatan, keamanan dan keselamatan, biasanya menjadi kriteria pertama.

Baca Juga:  Warna NU dalam Kekuasaan

Kini Allah memberikan label angka “1” pada pasangan Berbaur. Angka ini bukan hasil rekayasa manusia, tapi pilihan “tangan” Allah yang patut disyukuri bersama, terutama oleh seluruh tim, loyalis, simpatisan dan khususnya para pemilih yang sudah yakin akan pilihan politiknya terhadap pasangan Badrut Tamam Bersama Raja’e ini.

Kenapa? Karena angka ini simbol kemenangan, posisi terdepan, yang utama, dan dinisbatkan pada tokoh-tokoh pemimpin. Orang nomor 1 dalam Islam adalah Nabi Muhammad. Untuk keluarga istana, orang nomor 1 adalah raja. Dalam sebuah negara, orang itu adalah Presiden. Sedangkan dalam Propinsi, orang nomor 1 melekat pada diri seorang Gubernur. Dan Bupati, adalah orang nomor 1 di sebuah Kabupaten.

Hingga kini, penulis masih tetap mampu berprasangka baik (husnud dzan) terhadap setiap takdir yang diberikan Allah. Begitu juga dalam menyikapi takdir yang dikaruniakan Allah kepada paslon cabup-cawabup Pamekasan yang mendapat nomor urut 1. Hal itu disebabkan lebih karena “husnud dzan” sebagaimana nilai akhlak yang diajarkan oleh agama. Terlepas saya menjadi bagian dari pendukung atau tidak, adalah sesuatu yang tidak penting dan bersifat privacy.

Bukankah Allah pernah befirman dalam sebuah hadits qudsi yang berbunyi “anaa alaa dzanni abdi bii” (aku bergantung atas prasangka hambaku kepadaku). Maka berprasangka baiklah kepada-Nya sebagai hamba yang berakhlak, karena Allah akan memberikan segala sesuatu sesuai dengan prasangka hati kita kepada-Nya. Jika yang diprasangkakan baik, maka akan baik pula takdir yang akan kita terima.

Dalam ilmu Tasawuf Filsafat, kita mengenal “ayat qouliyah” dan “ayat kauniyah”. Ayat qouliyah adalah wahyu tertulis yang sudah dikodifikasikan sehingga berbentuk mushaf al-Qur’an. Sedangkan ayat kauniyah adalah pesan-pesan alam, fenomena sehari-sehari dan simbol-simbol dalam kehidupan yang hanya bisa dilacak, ditangkap, dibaca, dimaknai dan ditafsirkan oleh orang-orang tertentu ; para rasionalis, sufis dan peneliti yang faham dengan rumus-rumus ilmiah, seperti logika dan hukum alam.

Kata “ayat” sendiri secara harfiah bermakna “tanda”. Dalam terminologi tauhid “ayat” bermakna tanda-tanda yang datang dari Allah dalam rangka menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya. Sehingga, dengan membaca, menafsirkan, melihat, merenungkan dan meneliti tanda-tanda qouliyah dan kauniah-Nya, kita akan bisa menyingkap dan semakin menambah keyakinan akan keagungan serta kebesaran-Nya.

Baca Juga:  Kabar Bangkitnya PKI

Jika nomor urut 1 pada pasangan Berbaur disikapi dengan prasangka yang baik oleh seluruh masyarakat Pamekasan terutama pendukungnya, diyakini sebagai bagian dari tanda-tanda atau ayat-ayat kauniyah yang disampaikan Allah untuk memberikan sinyal kemenangan, maka bukan hal mustahil kemenangan itu akan benar-benar terjadi.

Jika kemenangan itu terjadi karena prasangka baik kepada Allah dan harapan yang tersemat pada paslon Berbaur setelah mendapat nomor urut 1, saya yakin ahli hipnotis dan mentalis pasti akan mengatakan bahwa itu hasil sugesti. Karena sugesti adalah harapan dan keinginan besar yang terus terpatri dan diucapkan berulang-ulang hingga mampu menembus alam bawah sadar. Sugesti itu akhirnya terjadi akibat kemampuannya menggerakkan alam nyata. Setidaknya, begitulah kira-kira.

Apa pun alasannya, saya sebagai orang awam hanya bisa mengatakan bahwa label angka1 yang dimaknai sebagai pertanda kemenangan, bisa jadi bukan hanya isapan jempol semata. Selama diiringi dengan prasangka yang baik kepada Allah bahwa angka itu adalah pintu takdir sebagai pengantar awal menuju pendopo, maka Allah akan meresponnya sebagai do’a terkabul yang diamini oleh seluruh tim, pendukung, relawan dan simpatisan.

Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, selama harapan yang menjelma do’a itu diaktualisasikan dengan perasaan raja’ dan khauf (penuh harap cemas) secara totalitas, diiringi dengan ikhtiar yang maksimal, dan tentunya diakhiri dengan tawakkal.

Sejauh ini, tim Berbaur tetap konsisten memilih cara-cara politik yang bersih, santun dan damai serta andhep asor. Jika ini bisa dipertahankan, nomor urut 1 akan benar-benar menjadi ikon kemenangan bagi rakyat Pamekasan. Bukan kemenangan sepihak yang mengabaikan aspirasi kelompok tertentu.

Sebab Berbaur hanyalah wasilah yang siap mengantarkan. Tugas masyarakat pemilih, loyalis, simpatisan dan relawan hanyalah berdo’a, berikhtiar, menentukan dan diakhiri dengan tawakal. Inilah nilai spiritual dalam menempatkan angka 1 sebagai nomor urut penanda kebaikan dan keberhasilan, agar tidak sekedar menjadi mitos awam dan klaim kemenangan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara teori dan logika ilmiah.

Sumber Nyamplong, 15 Februari 2018, sehari setelah Valentine Day.

Moh. Jufri Marzuki, Penulis adalah pengamal do’a, ikhtiar dan tawakal, namun masih mempercayai simbol-simbol angka secara spiritual dan rasional.