PERIODE II

Petualangan Vito demi Menuntaskan Kerinduan dan Kenangan

Judul Buku: Sajak Rindu
Penulis: S Gegge Mappangewa
Penerbit: Indiva Media Kreasi
Cetakan: I, Desember 2016
Tebal: 296 Halaman
ISBN: 978-602-6334-08-4

Sajak Rindu adalah novel yang mengisahkan seorang Vito, remaja yang telah menanggung rindu dalam sendirinya. Rindu pada ayah dan juga pada Vino saudara kembarnya, yang telah meninggalkan Desa Pakka Solo bertahun-tahun lalu. Ingin membagi rindu ibu dan kakeknya bukanlah hal yang mungkin. Karena jelas keduanya menutupi dengan sangat rapat segala hal yang berhubungan dengan ayah maupun Vino. Ibu dan kakeknya masih menganggap belum saatnya membagi cerita yang sebenarnya pada Vito yang masih kecil. Tapi pertahanan kakeknya runtuh ketika Vito yang kehilangan keceriaan karena rindu yang semakin menggebut itu.

Walaupun disini Vito menjadi tokoh utama, tapi peran yang dimainkan oleh tokoh lainnya pun tak kalah penting seperti Pak Amin dan Bu Maulindah dua guru yang mengajar di SMP Pakka Solo yang hanya berisikan sembilan murid termasuk Vito. Juga Irfan dan semua kawan-kawannya yang menjadikan kisah ini jadi satu kesatuan yang utuh dalam cerita.

Buku ini semacam bahasa sehari-hari yang dilontarkan oleh penulis sekiranya memiliki kisah nyata yang diangkat tetapi dapat memenuhi inspirasi dari cerita yang dituliskan. Kebiasaan lain yang berubah drastis adalah kebiasaan berceritnya yang di dapatkan dari keahliannya sebagai jago ngarang cerita. Perubahan yang satu ini harus diakui guru dan teman-temannya hal yang membingungkan (hal 67).

Baca Juga:  Merdeka Itu Bertauhid

Secara psikologi Vito bingung ceritakan apa yang telah disampaikan oleh anak-anak membuat ia malu dan tak berani berbicara. Vito memilih Tidur paling pinggir. Pun menjaga jarak dengan temannya yang lain. Ketika semua temannya hanyut terbawa oleh alur cerita Pak Amin, Vito kembali terbawa rindu pada ayahnya. Rindu yang menyerangnya mulai teras memerihkan. Meski dia sangat kagum dengan penokihan Nenek Malomo yang tegas dan adil dalam menjatuhkan hukuman, namun di sisi hatinya yang merindu, dia seperti memerankan tokoh putra Nenek Mallomo yang dihukum mati oleh ayahnya sendiri. bedanya hukuman ayahnya tidak langsung membunuhnya, mematikannya pelan-pelan (hal 89).

Vito ini selalu membawakan rindu yang hampir terlintas oleh mimpi. Terkadang rindu bukan hanya melontarkan sebuah cerita tetapi ada kesedihan yang pernah dirasakan. Karena tidak tahu patokan dalam mengarungi hubungan nyata maka ia tersuluh cerita yang melekat di masa lalu. Lantas percaya rindu bisa membawa ke menyelidiki apa yang telah dipermasalahkan oleh keluarga sangat memiliki permasalahan yang dilakukan oleh Vito. Berdasarkan tema yang telah angkat adalah bernuansa romantika yang dibalutkan sebuah sejarah persahabatan dan kehidupan orang di sekitarnya.

Sebenarnya Vito telah berdamai dengan perasaannya, menunggu saat yang tepat, seperti kata kakeknya, untuk mendengarkan segala cerita tentang ayahnya. Tapi pertemuannya dengan Pak Saleng di Masjid tadi, membuat rindu pada ayahnya membuncah lagi. Kalaupun Pak Saleng tak dapat mempertemukan dia dengan ayahnya, paling tidak dia bisa menemukan banyak cerita dari lelaki pedagang sapi itu (hal 131).

Baca Juga:  Marah-Marah Soal Rumput Stadion Pamekasan, Nyatanya Nyinyir

Seandainya Vito mendengarkan kisah yang dilontarkan oleh orang lain sangat berbeda. Kerinduan dialami sangat merekam kejadian sangat dinantikan. Sesuai objek dalam cerita tidak lepas dari penuntasan rindu dan kenangan hampir mencintai masa lalu.

Vito suka menantang dengan petualangan menyelusuri ramuan pengetahuan sangat menyerap pengalaman paling berharga. Akal Vito belum pasti mengetahui secara jujur dan tak bisa membicarakan panjang terhadap segala situasi.

Di akhir cerita seolah-olah menemukan fakta kerinduan terhadap apa sebenarnya terjadi setelah masa lalu selalu dibawakan dan hampir menuntaskan perhatian pada anak-anak maupun keluarga. Novel yang disetting rata-rata meratapi budaya sulawesi akan melekat oleh pembaca. Inilah cerita ini menginspirasi, mengugah serta menghibur.

M Ivan Aulia Rokhman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya. Lahir di Jember, 21 April 1996. Lelaki berkebutuhan khusus ini meraih anugerah Resensi / Kritik Karya Terpuji pada Pena Awards FLP Sedunia. Saat ini menjabat di Devisi Kaderisasi FLP Surabaya dan Anggota UKKI Unitomo.