MediaJatim.com, Pamekasan – Akademisi dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Matnin, M.EI menyatakan, seragam batik yang digunakan pasangan calon bupati dan wakil bupati setempat efektif membantu masyarakat mempromosikan batik tulis hasil kerajinan warga di daerah itu.
“Seragam batik yang digunakan pasangan calon bupati di Pamekasan ini menunjukkan bahwa ada keinginan serius yang dilakukan pasangan calon tersebut, untuk proaktif membantu masyarakat memasarkan batik, dengan memanfaatkan momentum pilkada 2018 ini,” kata Matnin sebagaimana dilansir Antara, Sabtu malam.
Matnin mengemukakan hal ini menanggapi program dan rencana aksi tentang penguatan dan promosi batik tulis yang dilakukan kedua para pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan, yakni pasangan Badrut Tamam – Raja’e (Berbaur) dan pasangan Kholilurrahman-Fathor Rohman (Kholifah).
Kedua Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati ini mengaku sama-sama memiliki komitmen dalam upaya pengembangan usaha dan pemasaran batik tulis Pamekasan, baik pasangan “Berbaur” maupun pasangan “Kholifah”.
Bahkan, pasangan calon “Kholifah” sempat blusukan secara langsung ke Pasar Batik 17 Agustus di Kelurahan Bugih, Pamekasan beberapa hari ini.
Pasangan calon bupati yang diusung PPP, Nasdem, Demokrat dan Partai Golkar itu juga sempat berdialog dengan pedagang batik di pasar itu. Hasilnya diketahui, bahwa pasaran batik tulis Pamekasan kini kian redup dan penjualan cenderung menurun.
Hanya saja, pasangan calon bupati dan wakil bupati ini, tidak menggunakan batik sebagai seragam calon, meskipun ada sejumlah foto yang beredar, dengan baju batik. Berbeda dengan seragam yang digunakan pasangan Badrut Tamam-Raja’e (Berbaur).
Pasangan ini, justru menggunakan batik tulis Pamekasan sebagai seragam pasangan calon dengan tujuan, selain memang karena memiliki komitmen membantu perajin batik Pamekasan, juga sebagai media promosi melalui momentum pilkada 2018 ini.
Matnin menilai, dari sisi keinginan, keduanya sama-sama memiliki keinginan untuk meningkatkan perekonomian dalam usaha batik. Namun, tindakan yang dilakukan pasangan calon bupati “Berbaur” lebih nyata, karena langsung dalam bentuk aksi, dengan cara memakai batik Pamekasan sebagai seragam pasangan calon.
Apalagi dengan memakai seragam batik sebagai seragam pasangan calon, jelas lebih memiliki dampak langsung secara ekonomi kepada masyarakat.
“Karena dengan menggunakan seragam yang digunakan itu, maka tim pemenangan dan pengurus partai pendukungnya, jelas juga akan memakai batik serupa,” ujar Matnin.
Artinya ada akses langsung secara ekonomi kepada masyarakat Pamekasan dari kalangan perajin dan pengusaha batik, katanya menambahkan.
Matnin selanjutnya menjelaskan, bahwa ada tiga hal yang menjadi poin penting dalam pemasaran ekonomi ditinjau dari teori pemasaran ekonomi Islam. Yakni pasar spritual, emosional, dan pasar rasional.
Pasar spritual, menurut dia, adalah pasar yang mempertimbangkan halal dan haram, sedangkan pasar emosional, yakni pasar yang berkait erat dengan ketokohan, dan figur tertentu.
Pasar emosional, menurut Matnin, juga bagian dari seting sosial dimana tokoh atau figur menjadi pertimbangan bagi calon konsumen untuk mengonsumsi sebuah produk. Sedangkan pasar rasional, adalah pasar yang didasarkan pada rasio dengan mempertimbangkan produk yang dijual.
Dalam komponen marketing syariah, sambung pria yang juga dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Khairat itu, ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang menjadi “marketing sistem” serta ketiganya saling terkait.
Jika mengacu kepada teori pemasyarakatan syariah tersebut, maka langkah promosi batik yang dilakukan “Berbaur” dengan menggunakan batik Pamekasan sebagai seragam pasangan calon, merupakan langkah nyata dalam mendorong ekonomi para perajin dan pengusaha batik melalui seragam batik Pamekasan yang digunakan.
“Jadi, ada aksi totalitas, dan totalitas ini yang menunjukkan pada loyalitas,” ujar Matnin.
Reporter: Agus Supriyadi
Redaktur: Sulaiman