Pelaku Bom Bunuh Diri di GKI Surabaya Lahir di Banyuwangi

Media Jatim

MediaJatim.com, Banyuwangi – Pelaku pengeboman 3 gereja di Surabaya, Minggu (13/5) merupakan satu keluarga. Mereka adalah Puji Kuswati (43) pelaku bom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Jl. Diponegoro, bersama dua anak perempuannya Fadhila Sari (12) dan Famela Rizqita (9). R Dita Oepriarto (47) pelaku pengeboman di gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Yusuf Fadhil (16) dan Firman Halim (14) di gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Ngagel, Surabaya.

Salah satu pelaku atas nama Puji Kuswati diketahui dilahirkan di Banyuwangi. Dia adalah anak pengusaha jamu tradisional Dusun Krajan Rt 03 Rw 16, Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Hal ini dibenarkan pihak perwakilan keluarga usai sejumlah media datang ke kediaman pengusaha jamu tersebut di dampingi kepala desa setempat.

Dalam konfirmasinya, H. Rosiono perwakilan dari keluarga membenarkan, jika Puji Kuswati merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara anak juragan jamu tersebut. Namun, setelah lahir dan berusia 20 bulan, dia diasuh budenya dan tinggal di Magetan, Jawa Timur.

Baca Juga:  BMTNU Mayang Bersinergi dengan MWCNU Berbagi Santunan dan BHR

“Memang kelahiran Tembokrejo. Namun tak tercatat sebagai warga Tembokrejo,” jelas H. Rosiono, Senin (14/5) ke sejumlah media.

Sejak itu, pihak keluarga jarang berkomunikasi. Bahkan, ketika akan menikah, pihak keluarga sempat menolak. Karena R Dita Oepriarto (47) pelaku pengeboman di gereja Pantekosta Pusat Surabaya, dimata keluarga terlihat beda.

“Terlihat agak aneh, terutama pemahaman soal keagamaan. Jadi, keluarga Banyuwangi menolak, tapi mereka tetap nekat melangsungkan pernikahan,” terangnya.

Sejak menikah, perilaku Puji Kuswati yang lulusan sekolah Akademi Keperawatan ini berubah. Dia mulai tertutup, jarang bergaul dengan keluarga dan jarang pulang. Terakhir, Puji Kuswati pulang bersama keluarganya ke Banyuwangi, Januari 2018.

Baca Juga:  Ngechant Sambil Bagi-bagi Takjil, PXF: Ingin Berbagi Berkah

“Kalau pulang tidak pernah lama. Jarang mau bergaul dengan keluarga, cenderung tertutup,” paparnya.

Menurut H. Rosiono, keluarga di Banyuwangi juga tidak mengetahui aktivitas sehari – hari keluarga Puji Kuswati yang tinggal di Wisma Indah Blok K – 22 Rungkut Kelurahan Wonorejo, Surabaya.

“Mendengar kejadian ini, pihak keluarga langsung syok,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Tembokrejo Sumarto membenarkan jika Puji Kuswati lahir di desanya. Namun, tak tercatat secara administrasi sebagai warga Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.

“Sesuai pengakuan keluarga, sejak kecil diasuh budenya di Magetan. Jadi, bukan warga Desa Tembokrejo. Hanya saja dia lahir di Desa Tembokrejo,” jelas Sumarto.

Akibat aksi bom bunuh diri itu, 15 orang tewas dan 41 orang menderita luka – luka.

 

Reporter  : Yudi Irawan

Redaktur : Sulaiman