Dari seluruh catatan sederhana yang pernah saya tulis, saya rasa, catatan ini adalah yang paling berlebihan. Paling tidak, bagi saya sendiri. Saya merasa terlalu jauh membuat dugaan.
Catatan ini, isinya hanyalah dugaan dari hasil amatan sederhana yang saya alami sendiri. Tentu, sebuah dugaan tidak lantas benar dan mungkin tidak sepenuhnya keliru.
Karenanya, besar harapan saya, pembaca berkenan untuk ikut serta memberikan kesimpulan, apakah dugaan dalam catatan ini ada benarnya atau semuanya salah (?).
Sesuai judul, saya merasa Visit Sumenep 2018 terus memakan korban. Selain setiap dinas yang harus dan terus menerus keluarkan uang kegiatan tak terduga, teranyar, korbanya adalah kepolisian setempat.
Di Aula Sutanto Polres Sumenep, Kapolres Sumenep AKBP Fadillah Zulkarnain menggelar ramah tamah dengan sejumlah awak media, Sabtu (04/8) lalu. Momen ini, digelar karena ada miskomunikasi antar keduanya soal pemberitaan. Pertama, dugaan benda mirip bom yang tanpa rilis resmi Polres. Kedua rilis Polres yang “ditinggalkan” oleh awak media beberapa waktu lalu karena tidak ada kejelasan.
Pada satu momen, saat memberikan sambutan, Kapolres bercerita soal hasil diskusinya dengan Pemkab Sumenep. Diantara poin yang disepakati adalah, untuk Visit, usahakan Sumenep tidak terkesan menakutkan. Jangan besarkan berita yang menakutkan. Biar ada kesan Madura aman, khususnya Sumenep.
Dengan lekas saya menduga, miskomunikasi antara polisi dan awak media beberapa waktu lalu, bisa jadi karena “usaha” Polres Sumenep agar Sumenep tetap tampak aman untuk tujuan Visit Sumenep namun blunder bagi internya sendiri.
Dugaan sederhana dan singkat ini, tentu hanya dugaan semata. Dengan tidak mengurangi rasa hormat atau kesan menggurui, semestinya ada penyesuaian antara pola komunikasi pihak kepolisian dengan awak media. Sehingga Sumenep benar-benar aman lahir batin.
Paling tidak, usaha Polres Sumenep untuk menciptakan Sumenep aman, tidak menggunakan pola komunikasi yang tergesa-gesa dan terjadi miskomunikasi di akhir cerita.
Cukuplah dugaan ketergesa-gesaan itu dialamatkan pada perencanaan, rangkaian dan realisasi kegiatan Visit Sumenep 2018 itu sendiri.
Bahwa ada kesan asal comot kegiatan, padahal infrastruktur belum rampung atau asal ada kegiatan tanpa target yang jelas, sekali lagi, biar dialamatkan ke pihak lain, jangan kepada Polisi.
Polisi, keterlibatannya dalam Visit Sumenep 2018, tetaplah menjadi pemberi rasa aman dan nyaman lahir batin, tidak malah ikut membuat miskomunikasi dengan publik, termasuk awak media. Apalagi asal memberi informasi, misalnya.
Terakhir, dugaan saya bahwa Polisi menjadi korban Visit Sumenep 2018, karena sempat berusaha “mengamankan” Sumenep dengan mempingpong awak media, hingga terjadi miskomunikasi, semoga tidak menjadi kebiasaan dan dugaan itu tidak benar. Tapi bukan tidak mungkin, dugaan ini ada yang membenarkannya. Wallahua’lam.
Revisi,
Sumenep, 09 Agustus 2018
Oleh: Nur Khalis, Jurnalis Sumenep.