MediaJatim.com, Banyuwangi – Setelah sukses berkarya dibidang musik berbagai genre dan keterampilan miniatur serta karya lukis, kini Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Banyuwangi Jawa Timur, tengah giat membina warga binaannya memproduksi batik tulis khas Kota Gandrung.
Batik tulis khas Lapas Banyuwangi ini bermotifkan batik Gajah Oling. Namun batik jenis ini tidak sama dengan yang diproduksi oleh perajin batik di Bumi Blambangan karena produksi warga binaan di sini memilki motif yang berbeda, lantaran di tengah gambar batik tersebut terdapat simbul gelang yang memiliki makna kondisi warga binaan Lapas Banyuwangi.
“Simbol ini menjadi ciri khas karya batik kami. Karena kami memproduksinya di balik jeruji besi,” terang Gatot, ketua kelompok batik Jeruji Besi Lapas Banyuwangi, Sabtu (29/9).
Untuk memproduksi batik tulis tersebut pihaknya memilki 6 kelompok yang terdiri dari 3 kelompok pembatik putra dan 3 kelompok pembatik putri. Seluruh kelompok ini merupakan warga binaan yang menjalani masa hukuman di dalam lapas.
“Seluruh kelompok batik warga binaan. Kami memproduksi batik ini sejak Bulan Juli 2018,” jelasnya.
Untuk menyelesaikan karya batik tersebut langkah pertama menurut Gatot, mengambar motive batik di kain putih yang sudah dipersiapkan, langkah kedua proses mengambar menggunakan cairan malam yang sudah dipanaskan mengikuti gambar awal tetsebut. Usai itu, kain yang sudah digambar dengan caiaran malam di ‘Lorot’ agar malam dan kain terpisah. Setelah itu proses pewarnaan dan pencucian hingga pengeringan.
“Untuk pemasarannya masih lokalan. Saat ini kami mengerjakan batik dari pemesan,” paparnya.
Kendala dalam produksi ini menurut Gatot hanyalah maslah modal. Dari keterbatasan itu, proses produksi berjalan lumayan lancar.
“Kendalanya hanya modal. Kalau alat kami sudah ada,” katanya.
Kepala Lapas Kelas II B Banyuwangi Ketut Akbar Herry Achjar mengatakan, meski baru terbentuk kelompok ini sudah lancar memproduksi batik tulis. Terkait simbol gelang, menurutnya bisa diartikan borgol. Kendalanya juga dari bahan baku pembuatan batik, seperti kain, pewarna dan malam.
“Inilah karya batik warga binaan. Meski baru belajar, mereka sudah mulai lihai membatik. Kami berharap, karya batik kami bisa laris dan disukai masyarakat,” terang Kalapas yang akrab dipanggil Akbar, tersebut.
Sementara itu, Viki (24) warga binaan dari kelompok pembatik putri mengaku baru saja bisa membatik saat dirinya menjalani masa hukuman karena tersandung kasus narkoba.
Dari metetampilan baru ini kelak jika dia sudah bebas dari masa hukuman akan terus dikembangkan supaya dapat mandiri dan mendapatkan hasil dari karya batik tulis yang ia dapatkan semasa di dalam lapas.
“Jujur, baru kali ini saya bisa membatik. Kalau saya bebas nanti, akan saya kembangkan di rumah,” pungkas warga binaan tersebut.
Reporter : Yudi Irawan
Redaktur : Sulaiman