Bahasa Arab Adalah Bahasa yang Selalu Basah

Media Jatim

Hari ini, 18 Desember 2018 merupakan peringatan hari bahasa Arab se-Dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), Mengapa tanggal 18 Desember? Karena pada tanggal 18 Desember 1973, Bahasa Arab resmi terdaftar dan menjadi bahasa internasioanal oleh UNESCO.

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tertua di dunia, yang mempunyai peran besar dalam kemajuan peradaban dunia modern sekarang ini. Sayangnya sampai saat ini, jarang sekali yang mengetahui bahwa hari ini, 18 Desember 2018 adalah hari bahasa Arab se-Dunia. Seharusnya kita sebagai ummat Islam bangga merayakannya, megistimewakan hari ini seperti halnya merayakan peringatan hari bersejarah lainnya.

Tanpa bahasa Arab kita tidak akan pernah menjadi muslim yang hakiki, tanpa bahasa Arab kita tidak akan bisa memahami seluk beluk agama Islam secara kaffah. Akan tetapi, kebanyakan orang justru menepikan bahasa Arab, banyak yang berpendapat bahwa bahasa Arab kurang menarik, bahasa Arab membosankan, bahasa Arab sulit, dan lain sebagainya, padahal jika dibandingkan, bahasa Arab tidak sesulit bahasa Inggris yang antara tulisan dan cara bacanya berbeda.

Jadi, tidak ada yang sulit, semua orang mempunyai potensi untuk meraih apa yang diinginkan dengan modal tekad dan istiqomah. إنما الأعمال بالنيات

Faktanya, daya tarik mayoritas anak muda terhadap pelajaran bahasa Arab saat ini semakin merosot, bagi kebanyakan mereka pelajaran bahasa Arab hanyalah pelajaran yang membosankan, pelajaran sampingan. Sebagian mereka beranggapan bahwa bahasa Arab tidak penting. Padahal, bahasa Arab memberikan manfaat besar bagi mereka yang paham betul terhadap bahasa Arab. Bahasa Arab menebar manfaat basah yang tidak akan pernah meringkai, bagi siapa saja yang memahaminya secara kamil, lebih-lebih dalam pengetahuan agama.

Bahasa Arab adalah bahasa yang seyogianya dipahami oleh ummat Islam, namun ironisnya, justru tidak diistimewakan bahkan dimarginalkan oleh kebanyakan orang, khususnya di Negeri ini. Padahal, secara sadar namun tidak kita sadari, setiap hari kita tidak pernah terpisah dari bahasa Arab.

Baca Juga:  Tajamara: Ruang Terbuka Hijau yang Cocok untuk Bersantai

Bacaan dalam salat yang setiap hari minimal 5 waktu kita kerjaan, kalau bukan menggunakan bahasa Arab lalu bahasa apa? Nah hal inilah yang sangat miris untuk dibayangkan, kita rutin salat menghadap Allah setiap 5 waktu, tapi justru kita tidak memahami, tidak mengerti terhadap apa yang kita baca dan kita lakukan saat salat, mulai dari takbir sampai salam, astaghfirullah, semoga kita semua termasuk orang-orang yang masih senantiasa ingin memperbaiki diri.

Hal ini sudah cukup lawas untuk kembali dibahas namun cenderung lepas dari apa yang seharusnya kebanyakan orang ketahui tuntas. Sehingga, hal-hal yang dianggap lawas justru perlu diangkat lagi menjadi pembahasan panas.

Akhwaty wa ikhwany yang dirahmati Allah, pernah juga saya mendengar salah satu ceramah ustadz Adi Hidayat, Lc, Ma “Anda, soal dunia saja, semisal pekerjaan, kalau tidak mengerti mustahil di kerjakan dengan benar. Urusan dunia yang sementara, sampai kursus, training, ikut pelatihan, sekolah di ikuti, TK, SD, SMP, SMA sampai ke S1, S2, S3, sampai banyak di ikuti untuk paham, kenapa salat yang kita kerjakan setiap hari sampai sekarang ada yang belum dipahami? Pantas salat itu tidak menghadirkan kekhusyukan karena tidak mengerti yang dibaca”. Nah, dari sini saja, sudah cukup jelas dan tampak betapa pentingnya mempelajari dan memahami bahasa Arab.

Suatu hari, saya pernah mengerjakan suatu pekerjaan dengan tidak tuntas, lalu sahabat saya menegur menggunakan kalimat majas: “Jangan pernah mandi setengah-setengah, karena kamu tidak akan merasakan kesegaran dalam mandi”.

Dari kalimat tersebut saya pikir sama halnya seperti salat, saat kita mengerjakannya dengan setengah-setengah, artinya kita salat ya hanya sekedar salat saja, tanpa memahami maksud dari salat itu sendiri.

Lantas, Bagaimana kita bisa menikmati salat? Bagaimana kita bisa khusyuk dalam salat? Hal ini hanya merupakan segelintir dampak buruk yang berakibat besar disebabkan oleh kurangnya perhatian kita terhadap bahasa Arab yang seharusnya kita pelajari dan kita pahami secara sempurna.

Baca Juga:  Pentingnya Peran Media di Tengah Pandemi Covid-19

Bagaimanapun juga, sebagai muslim kita wajib mempelajari Al-Quran dan Al Sunnah, maka sangat tidak mungkin keduanya dapat kita kuasai tanpa didasari pemahaman terhadap bahasa Arab yang sempurna. Non muslim pun sepatutnya paham bahasa Arab, karena segala macam ilmu terkandung dalam Al-Qu’an, sehingga akan lebih mudah memahaminya. Allah SWT berfirman:

ولو جعلنه قرءاناً أعجميّا لّقالوا لولا فصّلت ءايته، ءاعجميّ وعربيّ، قل هو للّذين ءامنوا هدًى وشفآء، والّذين لا يؤمنون فى ءاذانهم وقر وهو عليهم عمىً، أولئك ينادون من مكان بعيد (الفصلت: 44)

“Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut Al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang kegelapan itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh”. (QS. Al-Fushilat [41]:44)

Bahasa Arab begitu MENARIK untuk diajarkan, kelihatan UNIK saat dipelajari, terasa INDAH jika dipahami, sangat SEDERHANA bagi pengagumnya, dan nampak ISTIMEWA bagi para pe-CINTA-nya. (Achmad Muhlis, H. MA)

Yuk, mulai jadikan bahasa Arab sebagai prioritas yang wajib kita pelajari, awal mempelajarinya memang tergilik-gilik, tapi setelah jatuh cinta, justru akan tergila-gila.

Jadi, mari kita cintai Bahasa Arab karena 3 hal:

 Karena Rasulullah berasal dari bangsa Arab,

 Al-Qur’an berbahasa Arab, dan

 Obrolan penduduk Surga dengan Bahasa Arab. (Achmad Muhlis, H. MA).

Selamat hari Bahasa Arab se-dunia…

Semoga syafaat Sayyidina Muhammad SAW selalu membalut jasad ummat yang nyalar memuja rahmat. Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad.

Dewi Raragita Septiniarsih
Mahasiswi Semester VII
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
(Fraternity of Bidikmisi Students’15)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura