MediaJatim.com, Pamekasan – Pemilu sudah di depan mata dan tinggal menghitung hari saja. Namun rasa khawatir masih muncul, apakah pemilih pemula sudah paham?. Mengingat di kalangan pemilih pemula sejauh ini masih acuh tak acuh terhadap pemilu.
Demikian yang ditegaskan ketua Jaringan Pemilih Pendidikan Untuk Rakyat (JPPR) Wilayah Pamekasan, Moh Elman, Minggu (24/3/2019). Maka dari itu, pihaknya merasa punya tanggungjawab untuk ikut mensukseskan dan mengurangi angka golput di tingkat pemilih pemula khususnya di kabupaten Pamekasan.
Berdasarkan data pemilih Pemilu 2019, akan ada sekitar 192.828.520 jiwa yang memiliki hak pilih di Pilpes dan Pileg 2019 mendatang. Dengan jumlah tersebut potensi terjadinya angka golput masih tinggi. Terbaru, hasil survei LSI Denny J.A terkait angka golput, diprediksi masih tinggi yakni mencapai 30,42 persen.
“Pada perjalanan Pemilu, khususnya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden terus mengalami peningkatan angka golput. Mulai tahun 2004 sebesar 22,24 persen, di 2009 naik menjadi 27,43 persen dan pada Pemilu 2014 angka golput sudah mencapai 31 persen” jelas Moh Elman.
Menurut Elman, meskipun pada pemilu 2019 akan dilaksanakan secara serentak antara Pilpres dan Pileg, angka golput masih akan tinggi. Golput ini masih menjadi misteri di kalangan masyarakat. Berangkat dari itu, ia perlu hadir untuk mengantisipasi agar pelaksanaan pemilu bisa mendapatkan legitimasi yang kuat dari rakyat.
Di Pemilu serentak 2019 ini KPU RI sudah menargetkan tingkat partisipasi pemilih mencapai 77,5 persen. Ini target realistis, mengingat penyelenggara sampai ke tingkat bawah sudah dibekali instrument untuk mencapai target tersebut.
“Ini adalah kendala kita bersama, apalagi pemilih pemula masih ada yang belum melakukan perekaman e-KTP. Walaupun di Peraturan KPU (PKPU) Nomor 37 Tahun 2018, pemilih yang tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT) berhak menggunakan hak pilihnya meski tidak membawa e-KTP, pada waktu pemilihan mereka membawa surat pemberitahuan memilih atau formulir C6,” katanya.
Ia menambahkan, pemilih pemula rawan dipolitisasi demi kepentingan pribadi dan kelompok untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas peserta Pemilu (Parpol, Capres-Cawapres, Caleg dan DPD). Pemilih pemula adalah lahan empuk untuk dimanfaatkan sebagai simbol kampanye meskipun mereka belum tentu akan berpihak pada mereka.
Pemilih pemula masih belum memiliki pengalaman tentang cara memilih karena sama sekali belum pernah mengikuti kegiatan pemilu, Apalagi di Pemilu 2019 ini, surat suara ada 5, yakni surat suara untuk capres dan cawapres, calon DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
“Bawaslu dan KPU sebagai penyelenggara Pemilu harus proaktif melakukan sosialisasi, dengan mempertimbangkan lokasi atau zona yang berpotensi angka golputnya tinggi. Peserta pemilu juga harus aktif untuk memberikan pendidikan politik kepada pemilih pemula agar mereka bisa menyalurkan hak pilihnya dengan baik,” tukasnya.
Reporter: Sulaiman
Redaktur: A6