web media jatim

Menyelami Sejarah Kristen di Madura

Media Jatim

MediaJatim.com, Pamekasan – Jarang dikaji, sejarah Kristen di Madura menarik perhatian Sivitas Kotheka. Ia merupakan komunitas yang bernuansa literasi dan budaya di Pamekasan.

Hal itu dibuktikan dengan pagelaran koloman Budaya di Pendopo Budaya Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Sabtu (23/03/2019) malam.

Pada acara tersebut, panitia menghadirkan Akmad Siddiq, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya sekaligus peneliti eksistensi Kristen di Madura. Tak hanya itu, hadir beberapa tokoh Kristen di Pamekasan, perwakilan komunitas serta organisasi kemahasiswaan dalam dan luar kampus.

Menurut Akhmad Siddiq, masuknya Kristen di Madura dimulai dari Sumenep. Agama yang sampai saat ini masih menjadi minoritas itu dibawa dari Probolinggo pada tahun 1923.

Baca Juga:  Bupati Jember: Hasil Pantai Selatan Bukan untuk Kantong Pribadi

“Bicara sejarahnya, agama Kristen ini masuk Madura ya diawali di Sumenep. Agama ini dibawa dari Probolinggo sekitar tahun 1923 M,” bebernya.

Selain melaui gereja, lanjutnya, penyebaran Kristen di Madura juga melalui jalur pendidikan. Pria yang akrab disapa Siddiq itu menegaskan, Pamekasan sendiri menjadi daerah kedua yang dimasuki agama Kristen setelah Sumenep.

IMG-20250502-WA0029
IMG-20250502-WA0027
IMG-20250502-WA0028
IMG-20250502-WA0031
IMG-20250502-WA0030

Siddiq menambahkan, hubungan antarKristen dan Islam di Madura ini melalui tiga hal. Yakni, antartokoh, komunitas, dan interpersonal.

Ia bercerita, Kiai Bakir, tokoh sentral Islam pada masanya memiliki hubungan persahabatan dengan Jhohan, salah seorang tokoh Kristen saat itu.

Baca Juga:  Bus Transjatim Dilempar Batu OTK di Bangkalan, Pj Bupati Minta Pelaku Menyerahkan Diri! 

Eko Mulyono, salah satu tokoh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Pamekasan turut memberikan cerita suka dukanya sebagai kaum minoritas. Menurutnya, perbedaan tak pantas dijadikan dalih ketidakrukunan dalam hidup berdampingan.

“Keluarga saya pun tidak semuanya Kristen. Islamnya ada juga. Tapi kami sudah komitmen untuk saling menghargai satu sama lain,” papar Eko di sela-sela ceritanya.

Koloman yang dikemas dengan diskusi ini dipandu Novie Camelia. Acara ini bertema “Menjadi Garam Dunia”.

Di akhir acara, Novie memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan kepada Siddiq dan Eko selaku pemateri pada acara tersebut.

Reporter: Gafur

Redaktur: A6