web media jatim

Pasca Pemilu, FKMTHI Serukan Perdamaian dan Persatuan

Media Jatim

MediaJatim.com, Surabaya – Pesta demokrasi berjalan dengan aman dan kondusif bahkan mendapatkan pujian dari berbagai Negara, bahwa Indonesia negara yang sangat demokratis dan toleran. Namun kompleksitas gelaran demokrasi tahun ini banyak mendapatkan sorotan dari berbagai tokoh agama, karena banyak mencuatnya narasi-narasi provokatif.

Kekhawatiran tersebut juga datang dari pemuda Forum Komunikasi Tafsir Hadist Indonesia (FKMTHI). Melihat elit politik sering membuat narasi provokatif yang berakibat kegaduhan yang sangat berbahaya di wilayah akar rumput.

Sekretaris Nasional (Seknas), Kholili mengaku sangat menyesali terhadap sikap elit politik yang tidak dewasa dalam menjaga marwah berpolitik yang santun baik di media sosial maupun di dunia nyata yang sebenarnya menjadi tanggungjawab bersama, khususnya para elit politik ataupun publik figur.

Baca Juga:  'Onani' Bocah, Karyawan KSP di Bui

“Kemajuan teknologi menjadi medium caci maki dan saling fitnah antar fanatisme golongan, sehingga korespodensial dari komunikasi menyebabkan ketersinggungan dan kontak fisik itu akan terjadi. Ini yang tidak kami inginkan dan tidak harus terjadi seperti sekarang,” jelasnya, Selasa (30/04/2019).

Aktivis La Nyalla Academia itu juga mengajak seluruh elemen masyarakat khususnya tokoh agama untuk melakukan rekonsiliasi demi terciptanya kerukunan di antara dua belah pihak (kubu Jokowi dan Prabowo), agar kedua belah pihak bisa menjungjung tinggi perdamaian.

“Harapan kami dari hasil rekonsiliasi tersebut bisa tercipta keharmonisan di tengah hiruk pikuk perpolitikan kita yang semakin memprihatinkan,” ujar Kholili.

Baca Juga:  Kasus Jual Beli Jabatan di Bangkalan Masuk Sidang Pemeriksaan Terdakwa, Ra Latif Minta Bawahannya Juga Dipenjara

Menurutnya, Demokrasi adalah kompetisi, pasto ada yang kalah dan menang. Siapapun yang berkompetisi harus siap menerima hukum demokrasi tersebut. Hal yang paling urgen dalam demokrasi; bisa pemimpin, menjaga dan memajukan.

“Rakyat Indonesia harus tinggalkan simbol 01 dan 02, yang harus ditunjukkan ke dunia adalah perdamaian dan persatuan. Tunjukkan bahwa rakyat Indonesia sudah dewasa dalam menerima realitas politik,” pungkasnya.

Reporter: Zul

Redaktur: Sulaiman