Alhamdulillah, saya diberikan kesempatan mengikuti short course di Seoul National University (SNU), Korea Selatan dengan materi smart learning yang diterapkan di Negeri Gingseng itu.
Smart learning adalah pembelajaran yang memadukan teknologi dan informatikan secara bersamaan. Sehingga para siswa dituntut untuk mampu menyerap pembelajaran masing-masing individu. Tentunya harus didukung dengan sarana dan fasilitas yang representatif. Seperti tablet, laptop untuk setiap siswa dan 4 papan digital untuk setiap kelas.
Yang menarik sebenarnya sistem evaluasi dan penilaian smart learning yang dapat mengefektifkan dan mengefisienkan kerja berat guru dalam penilaian.
Setelah penat dengan materi yang disampaikan oleh dosen SNU dan Visang dengan mempraktikkan model pembelajaran smart learning, tibalah saatnya Observasi Lapangan (OL). Tapi ternyata OL-nya bukan ke sekolah, tapi ke Pulau Nami atau tempat syuting Winter Sonata. Pasalnya, karena ini merupakan simbol ke kemesraan dan romantisme yang hijau jadi kuning, tanah-tanah di Nami kalau pas musim gugur warna kuning dedaunan. Asyik sebenarnya mendengar cerita Mas Riski, mahasiswa Indonesia asal Batam yang kuliah di Korea.
Disisi lain bus tumpangan kami mulai melaju dan kami akan berangkat ke nami sekitar 96 Km dari kampus SNU. Dalam perjalanan pandangan kami dimanjakan dengan keindahan Korea.
Tiba di pulau Nami, tiba-tiba mbak Dewi, salah seorang dari rombongan pamit dan menyilahkan diantara kami yang mau ke toilet.
Setelah itu, kami bersama-sama naik kapal Feri. Tapi jangan dibanyangin Feri-nya seperti di penyeberangan Madura dan Bali.Kapal Feri yang kami jumpai dan tumpangi luar biasa bagus. Hanya sekitar 5 menit, menaiki Feri sampailah kami di Pulau Nami.
Karena sudah waktunya makan siang, kami makan siang di dulu di restoran halal di Pulau Nami. Kami sepakat untuk makan makanan khas Indonesia. Sebagai orang yang baru menginjakkan kami di Korea, kami satukan pemesanan kepada Mas Riski. Diantara kami tidak semuanya suka nasgor. Ada yang tetap memilih makan khas Korea, Kimchi. Dirasa sudah kenyang, kami melanjutkan kegiatan selanjutnya. Kami bersyukur bisa memakan dengan makanan halal di sana. Khas Indonesia lagi.
Waktu shalat sudahh tiba. Terus terang, kami dibuat heran, karena di Pulau itu ternyata ada mushala. Usut punya usut, mushala itu memang disediakan khusus di wisatawan muslim yang datang ke Pulau Pami.
Alhamdulillah, bisa shalat berjamaah di mushala tersebut bersama Direktur dan Kasubag TU GTK Kemenag RI. Beliau pun diantara kami untuk menjadi imam. Alhamdulillah kami bisa melaksanakan shalat dengan jamak qashar. Alias dhuhur dan ashar berjamaah.
Ada pemandangan menyejukkan yang kami temukan di sana. Secara diam-diam, kami mendapati Direktur GTK Kemenag RI. Prof. Suyitno sedang baca Al-Qur’an. Bukan karena membaca Qurannya yang membuat kami terheran-heran, tapi ternyata Al-Qur’annya berbahasa Korea. Melihat itu, say pun isengin beliau.
“Bisa baca, Pak?”.
Eh, jawabnya malah mengemaskan
“Nggak, cuma lihat-lihat aja.” Jawaban itu sontak membuat diantara kami senyum terkekeh.
Setelah itu, kami mulai Observasi Lapangan di Pulau Nami. Banyak ilmu yang bisa kami terima sebagai pengalaman dan bekal kami menyusuri hidup untuk kepentingan akhirat kami.
Namun di sela-sela menulis, saya baru sadar teringat ternyata Senin (6/04/2019) akan menunaikah ibadah puasa Ramadhan. Selamat berpuasa di bulan Ramadhan 1440 H. Mari raih berkah bulan suci ini dengan memperbanyak ibadah kepada Allah. Marhaban Ya Ramadhan.
Mohammad Holis, Kepala MTsN Sumber Bungur Pamekasan.
Korea, 2019.