Pesantren Penyelamat Karakter Bangsa

Media Jatim

Judul Buku: Peradaban Sarung
Penulis: Ach. Dhofir Zuhri
Penerbit: Quanta
Tahun Terbit: 2018
Tebal: xvi + 406 halaman
ISBN: 978-602-04-7705-3
Peresensi: Ashimuddin Musa*

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali dijumpai beragam ekspresi kepribadian. Ada yang berkepribadian menarik dan ada pula orang yang berkepribadian tidak menyenangkan. Namun, kepribadian yang baik yang dimaksudkan di sini seperti apa?

Kepribadian yang baik sejatinya harus memiliki nilai-nilai moral yang tinggi. Kepribadian dan akhlak adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Orang yang berkepribadian baik harus memiliki akhlak yang baik pula, sedangkan orang yang berakhlak baik tentu menjadi pribadi yang baik.

Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw mengajarkan arti penting memiliki kepribadian yang baik. Etik-moralitas luhur begitu ditekankan dalam Islam. Sebagaimana dinyatakan Rasulullah bahwa Ia diutus Allah semata-mata untuk memaripurnakan Akhlak yang agung. Kehidupan yang sejahtera, damai, berkeadilan, dan kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur merupakan visi dan tujuan ajaran Islam.

Ketika modernisasi terus menerpa kehidupan, kehadirannya membawa dampak yang cukup signifikan. Dampak perubahan yang dibawanya telah mengantarkan, atau bahkan menyerat muslim Indonesia secara khusus, dan bangsa Indonesia secara umum, ke dalam suatu dinamika dan seluk-beluk kehidupan yang berbeda dari masa-masa sebelumnya. Semua ini merupakan tantangan yang harus dihadapi. Cara menghadapinya bukan pada menolak dan menerima secara mentah-mentah, namun bagaimana bangsa Indonesia ini mengikutinya secara arif, kritis, dan kreatif.

Baca Juga:  Jatuh Cinta pada Keelokan Matematika

Modernitas adalah fakta yang terus menggelinding bahkan di tempat tidur bahkan di ketiak kita, tak terkecuali bagi kaum santri, lebih-lebih karena kemajuan zaman adalah dampak tak terelakkan dari kecendrungan manusia untuk terus mencari dan merekayasa. Perubahan dan kecendrungan kerapkali mencengkeram kesadaran budi manusia dan lalu mencampaknya pada mesin-mesin dan robot-robot. Sementara itu, moralitas tentu saja bukan mesin dan spiritualitas tidaklah mekanistik dan robotik (hlm 18).

Jika sungguh-sungguh dicerdasi dan dihayati, sejatinya setiap saat -bahkan di tengah-tengah gelombang modernitas- adalah momen-momen kehadiran Tuhan. Tak ada setiap jangkal kehidupan pun, tak ada seinci pun dari gerak waktu dan kronik zaman, ruas belulang, serat daging, degup jantung, denyut nadi dan aliran darah pun yang diluputi oleh-Nya di semesta kosmos ini.

Kemudian, benarkah era digital dan internet ini adalah puncak keterasingan manusia modern? penyakit inilah yang disoroti secara serius oleh penulis buku ini. Bagi penulis, pendidikan seharusnya bisa mencontoh pesantren dalam segala hal. Melalui pesantren ini, pendidikan karakter justru lebih optimal daripada kebanyakan sekolah modern. Satu hal yang sangat potensial agar pendidikan mampu mentransformasi keilmuannya secara signifikan yaitu mengajarkan arti penting sebuah hidup kesederhanaan. Sebab, hal itu sebagai simulasi untuk bermasyarakat nanti.

Baca Juga:  Jokowi-Ma’ruf Amin, Interpretasi Umara dan Ulama?

Kesederhanaan yang diajarkan oleh kiyai mampu membentuk kedirian dan kepribadian santri dengan karakter yang baik, memiliki kesalehan sosial, dan moralitas luhur. Orang-orang yang besar selalu dibentuk dengan kesederhanaan, bukan kemewahan materi. Moralitas dan karakter sangat jarang ditemukan di sekolah-sekolah sejak gelombang modernitas memasuki setiap sendi kehidupan (hlm ix).

Agar para anak didik lebih optimal dalam menerima keilmuan secara totalitas mereka harus dititipkan di sebuah tempat seperti pesantren. Melalui pesantren, seorang santri dapat melihat langsung sikap yang baik dari kiyai atau ustadz. Adanya figur kiyai dan ustadz yang dapat dijadikan contoh adalah cara paling efektif untuk membentuk karakter santri. Pendidikan teoritis tidaklah cukup tanpa adanya figur hidup yang dapat dilihat langsung.

Buku ini terdiri dari 53 esai pilihan dalam bahasa tutur yang ringan dan tidak secara akademis yang ketat dan berhamburan referensinya. Dalam hal memanjakan pembaca, penerbit berhasil menghadirkan buku ini dengan kemasan menarik, mulai dari sampul hinggap layout isinya. Karena itu, para pemula atau orang-orang yang ingin mengenal pesantren dengan segala tradisi dan khazanahnya, dengan membaca buku ini, menjadi terbantu dengan kehadirannya.

*) Santri Ponpes Annuqayah Latee Guluk-guluk asal Prang Alas Pakamban Daya Pragaan Sumenep.