MediaJatim.com, Surabaya – Langkah Ahmad Ghufron Sirodj alias Ra Ghufron sebagai kandidat Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur periode 2019-2023, kian mulus. Ini setelah ia mengantongi rekomendasi dukungan dari lima pimpinan cabang. Belum lagi sejumlah pimpinan anak cabang.
Lima pimpinan cabang yang dimaksud adalah Situbondo, Pamekasan, Kota Kediri, Madiun, dan Bangil.
Selain Ra Ghufron, dua pekan menjelang Konferensi Wilayah (Konferwil) Ansor Jatim yang akan digelar di Pondok Pesantren Pondok Pesantren Sabilur Rosyad, Malang, pada 28 Juli 2019, sudah muncul dua nama kandidat, yakni Moh Abid Umar Faruq (Gus Abid) dan Syafiq Syauqi (Gus Syafiq).
Adalah Ketua PC GP Ansor Situbondo Yogie Kripsian Sah yang mula-mula mendorang Ra Ghufron untuk maju. Yogie menilai, Ra Ghufron sosok yang memiliki ide, gagasan dan visi misi dan karakter kepemimpinan yang mampu menjawab kebutuhan organisasi.
“Karena melihat kebutuhan organisasi ke depan diperlukan sosok yang tuntas kaderisasi dan punya militansi dalam mengelola organisasi. Dan itu ada di sosok Ra Ghufron,” kata Yogie memberi alasan dukungannya.
Tak hanya mendorong. Yogie bahkan sudah mempersiapkan surat rekomendasi cabang dan 17 pimpinan anak cabang di bawah koordinasinya, untuk memberikan dukungan penuh kepada Ra Ghufron.
Hal senada disampaikan Ketua PC GP Ansor Kota Kediri, Wazid Khusni. Menurut Wazid, Ra Ghufron merupakan kandidat alternatif. Selain punya gagasan kuat, Wazid meyakini kehadiran Ra Ghufron bisa memecah kebuntuan. “Ra Ghufron bisa berkomunikasi dan diterima oleh kedua kandidat lainnya,” kata Wazid.
Karena itu, Wazid mengaku dirinya tengah membangun komunikasi dengan cabang-cabang yang lain untuk memberikan dukungan serupa kepada Ra Ghufron.
Bukan hanya dari pimpinan cabang. Ra Ghufron didorong oleh arus bawah, yakni kumpulan para ketua PAC yang anehnya PC-nya mendukung calon lainnya. Sebab, Ghufron dinilai sosok yang menapaki proses kaderisasi dari bawah.
Ketua PAC Ansor Beji, Cabang Bangil, Hasan Ubaidillah, misalnya. Hasan menilai Ghufron sebagai sosok yang visioner. “Beliau orang yang visioner. Ini tercermin dari visi-misinya jika kelak terpilih. Ra Gopong bertekad untuk kembali melakukan konsolidasi organisasi, memaksimalkan manajerial organisasi, memperkuat jaringan serta memberdayakan kader. Ini merupakan itikad baik untuk membangun Ansor ke depan,” jelasnya.
Karir Pengabdian Ra Ghufron
Ghufron adalah putera KH Sirodj Ahmad, pengasuh pondok pesantren Miftahul Ulum, Kebun Wangi, Nagasari, Sampang, Madura. Semasa kecil, Ghufron belajar secara langsung kepada ayahandanya di pesantren tersebut. Ilmu dasar yang lumrah diajarkan di pesantren-pesantrean salaf sebagaimana ilmu Nahwu dan fikih, ia pelajari hingga beranjak dewasa.
Bukan hanya digembleng dengan pendidikan klasik ala pesantren, Ghufron juga belajar secara formal di Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) di pesantren yang sama.
Lulus dari Madrasah Ibtidaiyah, Ghufron melanjutkan pendidikannya di SMP Al Miftah di pondok pesantren Panyeppen, Pamekasan, Madura. Karena tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di pesantren tersebut, pria tampan berkacamat itu menyelesaikan pendidikan tingkat SMP di MTs Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo.
Pendidikan setingkat SMA diselesaikannya di SMU NU pondok pesantren Bustanul Makmur, Kebun Rejo, Genteng, Banyuwangi. Tentu saja dia sana ia juga nyantri hingga lulus.
Sejak di bangku SMP, Ahmad Ghufron merupakan sosok yang aktif berorganisasi. Karir pertamanya dalam berorganisasi ia mulai dari OSIS, baik di SMP Al Miftah maupun di MA NU Bustanul Makmur.
Saat menjadi mahasiswa di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, ia semakin aktif berorganisasi. Ini membuatnya dipercaya menjadi Ketua Rayon Ushuluddin pada tahun 2004. Bahkan di tahun yang sama, ia ditunjuk sebagai Sekjend Forum Silaturrahmi Keluarga Mahasiswa Madura di Jogjakarta.
Sosok lelaki berkulit putih ini sepertinya memiliki energi berlebih dalam berorganisasi. Terbukti, selain sibuk dengan agendanya di dua orgnasasi ekstra kampus tersebut, ia masih mampu membagi waktunya untuk aktif di organisasi intra, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai Menteri Luar Negeri BEM UIN Sunan Kalijaga.
Saat itu, ia aktif melakukan konsolidasi lintas organisasi intra kampus se-Yogyakarta. Maka dengan demikian, ia memiliki banyak jaringan yang kelak ia kordinir saat berlangsungnya Kongres BEM Nusantara yang melibatkan sejumlah presiden Mahasiswa di seluruh Indonesia. Bersama Presiden DEMA UIN Sunan Kalijaga, Kaisar A. Hanifah, ia pernah menelorkan gagasan agung yang diusung kongres BEM Nusantara, yakni Nasionalisasi Aset Bangsa, Menjadikan Pancasila sebagai Ideologi, Kembali Ke UUD 1945, Menjaga Kesatuan dan Persatuan NKRI, dan Tetap Menjunjung Nilai Bhinneka Tunggal ika.
Tahun 2010, Ahmad Ghufron lulus dari bangku kuliah dengan IP memuaskan, ia kemudian kembali ke kampung halamannya di Madura dengan mengabdikan diri sebagai pengajar dipesanten yang diasuh keluarganya sembari aktif di di GP Ansor setempat.
Di Madura, Ghufron aktif berjejaring dengan berbagai stakeholder di daerah. Hal itu yang membuat dirinya cukup dekat dengan berbagai tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh politik dan tokoh di daerahnya. Tahun 2014, Ghufron hijrah ke Jakarta bersamaan dengan purnatugas pemerintahan Bupati Pamekasan, Kholilurrahman. Kholilurrahman yang kemudian terpilih sebagai anggota komisi VI DPRRI dari fraksi PKB, menunjuk Ghufron sebagai staf di parlemen.
Kesempatan itu tidak disia-siakannya, Ghufron memanfaatkan waktu di tengah jam terbang yang padat aktif sebagai pengurus Pimpinan Pusat GP Ansor dan menjalin komunikasi dengan berbagai entitas organisasi di Jakarta. Tahun 2016-2018, Ghufron ditunjuk sebagai Sekertaris Nasional Badan Ansor Anti Narkoba (BAANAR) PP GP Ansor.
Reporter: ist
Redaktur: A6