MediaJatim.com, Gresik – Setelah melakukan gebrakan tentang misi kebudayaan Risalah 7 Bukit, Kota Seger (Komunitas Sekolah se-Kabupaten Gresik) lagi-lagi menunjukkan keterlibatannya dalam membangun karakter generasi bangsa. Pada kesempatan kali ini, para penggiat Kota Seger dan para penyair Nusantara yang tergabung dalam gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK), berhasil digelar, Sabtu (27/7/2019).
Pertemuan di Pondok Pesantren Watu Bodoh yang terletak di Kecamatan Ujungpangkah tersebut, dimulai dari pagi hari hingga tengah malam, yang terkemas dari beberapa rundown acara. Dari mulai workshop, seminar, bedah buku, hingga pembacaan puisi secara bergantian oleh tamu undangan.
Awalnya, para penggiat di Kota Seger seringkali terus-terusan menerima kesadaran tentang penyakit korupsi di negeri ini, yang semakin hari semakin menjalar, seperti tidak menemukan obatnya. Yang beberapa kali juga didiskusikan namun berujung kebuntuan.
Namun menurut Deni, salah-satu promotor Kota Seger, setelah pembacaan puisi bersama selesai menjelaskan, bahwa ada dan suksesnya acara ini salah satunya atas keterlibatan Mbah Rego (seniman asal Nganjuk). Menurutnya, Mbah Rego telah membukakan pintu terselenggaranya Roadshow Puisi Menolak Korupsi (PMK) yang ke-55.
“Berangkat dari tawaran Mbah Rego waktu itu, kita ditawari tanpa keraguan untuk menerimanya,” ungkapnya.
Hal tersebut kemudian diteruskan oleh Deni tentang kesadarannya beserta teman-teman di Kota Seger, bahwa kesempatan ini juga sangat masuk akal untuk ada, dikarenakan beberapa pegiat yang ada diKota Seger merupakan pengajar di SMP atau SMA di Kabupaten Gresik.
“Ini adalah kesempatan yang saya kira jarang bisa diterima, apalagi kita beberapa yang ada di Kota Seger merupakan guru di SMP atau SMA. Dari pada kita mengingatkan yang sudah tua pasti repot, ya kan lebih baik kita mengajak anak-anak berpikir, bahwa korupsi itu bahaya,” tuturnya.
Selain itu, Deni dan para penyelenggara telah membangun komitmen, bahwa yang terlibat dalam acara tersebut harus benar-benar transparan tentang apapapun, meskipun apapun yang ada adalah swadaya. Menurutnya, ini adalah cara untuk menunjukkan bahwa pergerakan di lingkungan harus benar-benar diterapkan.
Tidak berhenti di situ, para penyelenggara lokal ingin siapapun yang datang bisa melihat sebuah lokalitas, tentang apa yang dimiliki oleh nelayan pesisir utara Kota Gresik.
Hal tersebut kemudian dibuktikan pada penghujung acara dalam pembacaan puisi antologi bersama diacara tersebut. Panggung yang menyerupai Branjang (alat yang digunakan nelayan untuk mendapatkan ikan dan kerang), menjadi salah satu daya tarik tersendiri, sebab hal itu kemudian menjadi sebuah bentuk informasi lokalitas yang mau dikenalkan Kota Seger kepada tamu yang datang.
Itu terbukti dari apresiasi Sosiawan Leak yang merupakan pemotor gerakan PMK, menurutnya selain keterlibatan masyarakat yang antusias, kahadiran para penyair juga kagum melihat panggung yang dibangun dengan bahan bambu tersebut.
Tidak hanya itu, Leak juga menjelaskan bahwa selain mempertemukan banyak penyair yang giat menyuarakan penolakan korupsi, kegiatan PMK juga mempertenukan ragam budaya.
“Hampir di setiap tempat begitu, saya malah sampai ingat saat di Kalimantan, tamu yang datang dikenalkan dengan tari penyambutan yang itu sangat lokalitas, sama dengan di sini. Jadi kita akan tahu bagaimana bentuknya, filosofinya,” ungkap penyair nasional tersebut.
Dalam penutup wawancara Leak menjelaskan, sebuah kampanye itu butuh mengumpulkan banyak orang. Alasannya, biar yang dikampanyekan berhasil direkam banyak orang. Di samping itu, pertukaran budaya lokalitas bisa menjadi alasan banyak orang akan datang.
Reporter: Shafif K A
Redaktur: A6
I love KOTASEGER. Semangat dari masa lalu yang dipikul untuk masa depan.