MediaJatim.com, Malang – Sabtu (5/10/2019), Universitas Negeri Malang menyelenggarakan International Seminar on Language, Literature, Art, and Culture (ISLLAC 3) dalam rangka Pengembangan Bahasa, tentang Pembelajaran Bahasa Berwawasan industri kreatif.
Tidak tanggung-tanggung pihak penyelenggara mengundang para pemerhati Bahasa dari berbagai negara setelah melalui tahapan seleksi, di antaranya Indonesia, Kanada, Singapura, Denmark, Belanda, Tajikistan, dan beberapa negara lainnya.
Tiga dosen muda asal Madura berkesempatan hadir dalam kegiatan berskala Internasional tersebut. Mereka adalah Kusyairi, M.Pd, Khoiri, M.Pd dan Harsono, M.Pd. Ketiganya merupakan Dosen Fakultas FKIP Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Madura. Mereka hadir sebagai Pemakalah dalam kegiatan ISLLAC 3 tersebut.
“Kami bersyukur bisa menjadi bagian dari kegiatan Internasional ini. Apalagi saya berkesempatan menjadi pemakalah dengan membahas penilaian bahan ajar Bahasa Madura untuk tingkat SMP,” kata Kusyairi.
“Tiada lain tujuannya untuk mengetahui informasi dan mendiskripsikan tentang kualitas bahan ajar Bahasa Madura baik dari segi isi, penyajian, maupun dari segi bahasa yang digunakan,” lanjutnya.
Kusyairi menegaskan, makalah yang dipresentasikan merupakan hasil dari penelitiannya pada tahun 2018-2019 dan diselesaikan berkat kolaborasi dengan dosen lainnya, Khoiri, yang teman sejawatnya.
“Saya berteman akrabnya dengan bapak Khoiri mulai dari bangku kuliah S2 sampai saat ini mengabdikan dirinya di kampus Universitas Madura Pamekasan menjadi dosen. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah jenis penelitian evaluasi yakni dengan melakukan kajian dokumen kurikulum Bahasa Madura tingkat SMP (Silabus) serta instrumen-instrumen penelitian yang diberikan kepada siswa dan ahli materi, dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa respon siswa tentang bahan ajar Bahasa Madura tingkat SMP termasuk katagori valid dan dapat digunakan,” cerita Kusyairi.
Sementara Khoiri menuturkan, ia sangat mencintai bahasa nasional dan bahasa daerah. Maka dai itu, dirinya memiliki kewajiban untuk mengembangkan bahasa terutama bahasa Madura dan Indonesia.
“Kita harus kreatif dalam menggunakan bahasa karena bagi manusia bahasa itu menjadi proses transmisi nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya.
Reporter: Zul
Redaktur: A6