Selamatkan Islam dari Ketertinggalan

Media Jatim

Judul Buku: Rekonstruksi Peradaban Islam Perspektif Prof. KH. Yudian Wahyudi, Ph.D.
Penulis: KH. Saidurrahman dan Azhari Akmal Taringan
Penerbit: Prenadamedia Group
Edisi: Agustus 2019
ISBN: 978-623-218-175-5
Peresensi: Ashimuddin Musa*

Agama Islam, sebagaimana agama-agama lain, diyakini pemeluknya sebagai jalan satu-satunya yang menuntun pada keselamatan. Karenanya, ia terus dipelajari, dihayati, dan didiskusikan tujuannya agar mereka tetap berada pada jalan kebenaran yang diridhai-Nya. Alquran oleh kaum muslim dipercaya sebagai petunjuk. Sebagai kitab yang memberi petunjuk tentu apa yang disampaikannya sebagai hidayah. Oleh karenanya, ketika Alquran mendeklarasikan diri bahwa ia selalu selaras dalam setiap kondisi dan situasi, dan umat Islam memperhatikannya kemudian menemukan ayat-ayat yang berbicara tentang sains, maka ia termasuk bagian dari hidayah pula. Oleh sebabnya sains dianggap cukup signifikan diteliti, dihayati dan dipelajarinya.

Sains, kehadirannya memberikan manfaat cukup besar bagi kehidupan kita. Dalam perspektif Prof. KH. Yudian Wahyudi, Ph.D., objek yang menjadi kajian dalam buku ini, kemajuan umat Islam ditandai dengan penemuan sains. Akan tetapi, kalangan umat Islam rupa-rupanya kurang responsip terhadap persoalan ini. Mereka lebih sibuk berdebat apakah sains layak dikategorikan sebagai bagian dari ajaran Islam atau bukan? Sehingga muncul istilah dikotomi ilmu dalam pendidikan (ilmu agama dan ilmu umum).

Tulisan di dalam buku ini merupakan karya luar biasa yang ditulis oleh TGS. Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M.Ag., dan Dr. Azhari Akmal Taringan, M.Ag., keduanya melakukan penelitian untuk menghadirkan pemikiran Prof. KH. Yudian Wahyudi, Ph.D., salah seorang rektor di UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta, ke ruang publik. Kedua penulis asli Medan ini berupaya keras melakukan riset akademik untuk melihat bagaimana kerangka berpikir Prof. Yudian yang dinilai memiliki pemikiran brilian yang menarik untuk dikaji. Termasuk dalam konteks ini adalah spirit rekonstruksi peradaban Islam.

Baca Juga:  Mengundang Cundang

Prof. Yudian adalah salah satu candekiawan muslim Indonesia dikenal memiliki semangat menghidupakan kembali agama Islam. Menurutnya, agama Islam saat ini tidak berkembang bahkan dari tahun ke tahun terus mengalami kemunduran. Salah satu penyebabnya adalah akibat dari ketidaksiapan manusia memanfaatkan akal untuk berpikir kritis. Cara berpikir yang jumud menyebabkan Islam susah berkembang. Kegagalan kaum muslim saat ini karena ketidakmampuannya dalam menciptakan sejarah baru. Sementara itu, agama Islam akan maju ketika umat Islam sendiri mampu melahirkan sejarah bukan menjadi pengonsumsi sejarah.

Agar umat Islam kembali maju, Prof. Yudian Wahyudi menyarankan umat Islam agar kembali pada Alquran dan Hadis. Konsep Alquran yang dimaksud itu adalah hukum kesepasangan, non dikotomik lebih-lebih dalam pendidikan. Baginya, kemunduran Islam saat ini ditandai dengan model pendidikan dikotomik, dengan membagi ilmu kepada dua bidang, yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Semua itu menjadi penyebab yang secara fundamental kemunduran peradaban Islam (hal. 188).

Ada dua hal yang oleh Yudian dianggap sebagai alternatif dalam mengembalikan kejayaan Islam dari ketertinggalan ini, yaitu integrasi sains dan agama. Islam sebagai agama seakan kehilangan kekuatannya. Dampak berikutnya adalah, fungsi-fungsi kekhalifahan juga tidak berjalan maksimal karena umat Islam tidak lagi menguasai asma’ (ilmu pengetahuan yang objektif). Menurut penulis, asma’ dalam konteks kekhalifahan bermakna pengetahuan. Menguasai asma’ (nama-nama, pengetahuan, dan teknologi) adalah syarat yang harus dimiliki seseorang jika ingin menjadi khalifah (hal. 176).

Baca Juga:  Membaca Kisah Sukses Babun Suharto, Sosok di Balik Suksesnya UIN KHAS Jember

Menariknya dari buku ini, sang penulis sangat strategis dalam mencari kesempatan yang sangat tepat dalam meluncurkan buku ini. Sebagaimana faktanya, umat Islam lebih sibuk memperdebatkan persoalan klasik tanpa memikirkan sesuatu yang lebih penting. Konon, Islam jaya, dengan terus lahir temuan-temuan sains dari golongan mereka, justru sekarang tidak lagi. Sebagian orang meyakini, dengan ditegakkannya negara Islam maka negara akan menjadi lebih baik. Aksi bela Islam adalah gejala populisme Islam dianggap sebagai bagian dari kebangkitan Islam, bahkan dianggap sebagai gerakan peradaban Islam.

Kehadiran buku ini adalah karya luar biasa yang patut diapresiasi bagi kaum muslim. Selain itu, buku ini menginformasikan pula kepada kita, bahwa untuk mengembalikan umat Islam tidak cukup sekadar populisme Islam. Isu ini muncul kerapkali dikaitkan dengan kebangkitan Islam, dengan mengumpulkan massa besar-besaran seperti yang terjadi di Turki dan kemudian di Indonesia. Akan tetapi kebangkitan substantif berkenaan dengan diri manusia serta kemampuannya mendayagunakan potensi dan kelebihan yang dimilikinya (hal. 8).

*) Peresensi adalah Mahasiswa Magister UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.