MediaJatim.com, Jember – Tokoh muda milenial saat ini menjadi topik pembahasan yang seksi, khususnya yang berkelindan dengan momentum perhetalan politik semacam Pilkada. Tokoh muda milenial menyeruak sebagai sosok calon pemimpin yang diharapkan sukses karena merujuk pada sejumlah tokoh muda yang berhasil memimpin daerah atau memenangi pertarungan politik di tingkat daerah maupun regional.
Sebut saja misalnya Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, Bupati Lumajang Thoriqul Haq, Bupati Sampang H Slamet Junaidi, dan sebagainya. Mereka adalah figur-fugur milenial yang mempunyai prestasi moncer baik sebagai pribadi maupun pemimpin daerah.
Jember juga mempunyai sosok milenial yang cukup keren. Ifan Ariadna, namanya. Ia lahir di Jember ketika kalender menunjuk angka 25 Oktober 1979. Mas Ifan, sapaan akrabnya, adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan H Sukardi Ahmad dan Hj. Mahmuda.
Meskipun jenjang pendidikan Ifan ditempuh di sekolah umum, namun ia tak melewatkan pesantren sebagai basis penggemblengan keagamaannya. Sebab, keluarga besar Ifan cukup fanatik terhadap pesantren. Ifan memilih Pesantren Ashshiddiqi Putra, Talangsari, Kabupaten Jember untuk nyantri selama 3 tahun.
“Saat saya sekolah di SMAN 2 Jember, saya mondok di Talangsari,” ucap Ifan.
Bukan tanpa alasan Ifan memilih pesantren yang didirikan oleh KH Ahmad Shiddiq itu sebagai tempat menimba ilmu agama. Ini ada kaitannya dengan perjuangan sang ayah di Nahdlatul Ulama. Ayah Ifan, H Sukardi adalah seorang pengurus Ranting NU Desa Sukorejo, Kecamatan Bangsalsari, Jember. Sehingga secara ‘hirarkis’ Ifan sudah tepat memilih pesantren itu untuk merajut benang merah dengan KH Ahmad Siddiq selaku tokoh NU.
Walaupun santri, namun Ifan memiliki hasrat yang tinggi untuk mengubah nasib. Karena itu, setelah lulus dari sebuah perguruan tinggi di Malang, Ifan langsung merantau ke Jakarta untuk mengadu keberuntungan. Bermodal disiplin ilmu yang dimilikinya (ilmu komunikasi), Ifan kemudian diterima di sebuah stasiun telivisi nasional sebagai reporter news. Keseriusannya mengemban tugas, membuat karir Ifan semakin cemerlang di dunia broadcast hingga akhirnya ia menjadi producer news di Global TV.
“Banyak suka duka di dunia kewartawanan,” tuturnya.
Selama 10 tahun Ifan melanglang buana di dunia reportase, tentu banyak jaringan yang dibangun, tak sedikit kenalan didapat. Hingga akhirnya ia memutuskan keluar dari dunia telivisi (2012), dan memilih menjadi pengusaha.
Sukses di rantau, tidak membuat Ifan pongah. Tak ada yang berubah dalam diri Ifan, baik penampilan maupun karakternya. Ifan masih santri seperti 25 tahun lalu saat tinggal di Talangsari. Namun kondisi Jember yang seperti berjalan di tempat, rupanya menikam kegundahan di hati Ifan. Karena itu, keinginannya begitu kuat untuk bertarung dalam Pilkada nanti, dengan satu tujuan: membangun Jember yang lebih baik.
“Jiwa saya merasa terpanggil untuk ikut membangun Jember, karena bagaimanapun Jember adalah tanah tumpah darah saya. Saya lahir di sini dan besar di sini,” jelasnya.
Keterpanggilan jiwa bukan kalimat biasa, apalagi muncul dari sosok milenial. Ia mempunyai makna yang tulus untuk membangun Jember dengan segala energi dan semangat muda yang dimilikinya. Bukan mendahului takdir, tapi ketika pengusaha yang berlatar belakang santri sudah memantapkan niat untuk membangun tanah kelahirannya, maka di situlah takdir bicara: Jember berubah lebih baik.
Dan, Ifan hadir untuk menyogsong perubahan itu. Semoga.
Reporter: Ardiyansah
Redaktur: Sulaiman