Bertualang Mencari Sumber Kebahagiaan

Media Jatim

Judul : The Geography of Bliss
Penulis : Eric Weiner
Penerbit : Mizan, Bandung
Cetakan : Pertama, 2019 (Edisi Baru)
Tebal : 572 Halaman
ISBN : 9786021637951

Setiap manusia di dunia lazim mengharapkan kebahagiaan dalam hidupnya. Ada banyak cara orang menyikapi hidup sehingga, kebahagiaan atau kesenangan dalam diri itu muncul dan mampu membuat hidup manusia lebih bergairah. Ada yang menemukan kebahagiaan dengan berjudi, berpikir, memiliki rumah mewah, bahkan harta yang melimpah.

Eric Weiner, dalam buku The Geography of Bliss, mengupas banyak hal tentang sumber kebahagiaan yang dialami banyak orang di berbagai negara. Dengan menjelajah berbagai tempat di dunia, Eric mampu memetakan berbagai sumber kebahagiaan yang dirasakan banyak orang seperti orang Belanda, Swiss, Bhutan, Qatar, Islandia, India, Amerika, Thailand, dan lainnya.

Lewat buku ini, Eric mengajak pembaca memaknai banyak hal, terutama yang berkaitan dengan sumber kebahagiaan yang dirasakan banyak orang. Eric penasaran, bagaimana kalau ia menghabiskan waktu selama setahun dengan melakukan perjalanan mengelilingi dunia, mencari tempat-tempat yang terkenal karena kekacauannya, tetapi justru itu adalah tempat bahagia yang tidak digembar-gemborkan?

Dari perjalanannya, Eric menemukan perspektif lain tentang hakikat kebahagiaan yang dirasakan banyak orang. Misalnya, ada orang yang bahagia dengan uang, kesenangan, spiritualitas, keluarga, atau, bahkan sekadar cokelat. Lalu, bagaimana jika kita tinggal di negara yang luar biasa kaya dan tak seorang pun membayar pajak? Bagaimana jika kita tinggal di negara tempat kegagalan adalah sebuah pilihan?

Baca Juga:  Kredit Ultra Mikro dan Kebijakan yang Setengah Hati

Orang Swiss, kata Eric, bahagia karena mereka benar-benar berusaha untuk tidak menimbulkan iri pada orang lain. Secara naluriah, orang Swiss tahu bahwa rasa iri adalah musuh besar kebahagiaan, dan mereka melakukan segalanya untuk menghancurkan rasa iri.

Hal itu disampaikan Dieter, teman perjalanan Eric. Menurutnya, orang Swiss benci bicara soal uang. Mereka tidak suka memamerkan apa yang mereka miliki. Sikap yang berbanding terbalik dengan orang Amerika. Jika cara Amerika “Anda punya, pamerkan.”, sementara cara Swiss, “Anda punya, sembunyikan.” (hlm. 66).

Sementara itu, dalam perjalanannya ke Belanda, Eric menemukan perspektif lain tentang kebahagiaan. Hal ini sebagaimana diuraikan teman perjalanannya, Veenhoven. Eric menjelaskan, selama ini ilmuwan sosial kesulitan menguraikan apa yang mereka sebut “kausalitas terbalik” atau apa yang biasanya disebut dengan masalah telur dan ayam. Misalnya, apakah orang sehat lebih bahagia daripada orang yang tidak sehat; atau bahwa apakah orang bahagia cenderung lebih sehat?

Benarkah orang yang menikah bahagia; atau mungkin orang yang bahagia lebih mungkin untuk menikah? Hal ini sulit diungkapkan. Kausalitas terbalik merupakan momok pembuat kesulitan dalam banyak proyek riset. Karena itu, yang benar-benar ingin Eric ketahui bukan siapa yang bahagia, tetapi di mana mereka bahagia—dan mengapa (hlm. 38).

Petualangan Eric berlanjut ke Amerika. Beberapa tempat telah disambanginya, termasuk Miami. Miami diasosiasikan dengan kebahagiaan, jika bukan surga itu sendiri. Pada abad kedua puluh satu, kebahagiaan Amerika bukanlah pada dewa-dewa atau keberuntungan, sebagaimana yang dulu terjadi dalam sejarah manusia. Yang mereka butuhkan adalah kemauan untuk mengumpulkannya, cukup inisiatif untuk terlebih dahulu mencobanya, dan sudah tentu cukup uang untuk membeli barang mewah, bahkan VW Beetle konvertibel dengan dilengkapi radio satelit dan interior kulit.

Baca Juga:  Menguji Idealisme Aktivis di Pilkada Sumenep 2020

Obsesi masa kini Amerika dalam mencari kebahagiaan bertepatan dengan era kemakmuran material yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Andrian White di University of Leicester Inggris, menempatkan Amerika Serikat sebagai negara paling bahagia nomor dua puluh tiga di dunia, di bawah negara-negara seperti Kosta Rika, Malta, dan Malaysia (hlm. 518).

Lewat buku setebal 572 halaman yang diterbitkan Qanita, lini penerbitan http://mizanpublishing.com ini, penulis membawa pembaca melanglangbuana ke berbagai negara, dari Belanda, Swiss, hingga Amerika, untuk mencari kebahagiaan. Buku ini merupakan campuran aneh tulisan perjalanan, psikologi, sains, dan humor. Ditulis tidak untuk mencari makna kebahagiaan, tapi di mana sumber kebahagiaan.

Selain kaya akan pengalaman dari perjalanan panjang ke berbagai negara yang penuh kejutan, buku Eric Weiner ini bisa menjadi panduan bagaimana menulis catatan perjalanan yang memukau, bernas, dan bermanfaat bagi banyak orang, terutama yang berkaitan dengan kehidupan yang dialami oleh orang-orang di belahan dunia. (*)

Peresensi: Untung Wahyudi, lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya