Oleh: Nurul Hosniyah
Berawal dari Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengenai upaya pencegahan penyebaran Covid-19, semua kegiatan pembelajaran diliburkan sementara waktu. Kegiatan pendidikan berasa mengalami lockdown, sistem pembelajaran tergantikan dengan pembelajaran daring. Yaitu pembelajaran dengan menggunakan beberapa aplikasi yang memungkinkan seorang pengajar berinteraksi dengan peserta didik tanpa bertemu langsung, semisal WAG, Zoom Cloud Meeting, Google Classrom dan lain sebagainya.
Apakah pembelajaran daring menyenangkan? atau malah sebaliknya, membosankan?. Apakah pembelajaran daring efektif dan efisien? atau malah sebaliknya?. Kalau ditanya seperti itu, mungkin jawabannya agak beragam. Dalam pekan ini saja saya sering melihat status WhatsApp teman-teman mengenai sistem kuliah daring. Mereka menulis kata-kata: “Kuliah online membosankan, ribet, aku gak suka”, “Begitu kacau kuliah online ini, gak terkonsep sama sekali”, “Kuliah daring, kantong kering, mahasiswa pusing”, “Ini bukan kuliah online, tapi tugas online. Mahasiswa gak belajar tapi tugas tumpukan”, “Enaknya daring, kuliah sambil rebahan, sambil makan pula”, dan masih banyak lagi.
Setiap orang memiliki pendapat, setiap orang memiliki persepsi, dan setiap orang memiliki tingkatan emosi berbeda. Ada yang mengatakan kuliah daring itu menyenangkan, karena bisa belajar sambil lalu mengerjakan hal lain, seperti makan, rebahan dan sebagainya. Ada pula yang mengatakan membosankan, tidak efisien dan tidak efektif, karena tidak ada persiapan yang matang untuk melaksanakan pembelajaran, otodidak, dan lebih banyak tugas di setiap pertemuan.
Melihat beberapa masalah tersebut, dapat saya persentasekan kuliah daring 80% membosankan dan 20%-nya menyenangkan. Mengapa lebih cendrung membosankan? Karena pengajar lebih banyak memberikan tugas daripada mengajar. Tugas yang diberikan pun banyak, bahkan cenderung menumpuk, susah dan sulit dipahami. Mungkin karena ber-title mahasiswa sehingga dibiarkan belajar mandiri. Padahal mahasiswa juga masih butuh pengajaran, apalagi di masa pandemi ini yang mana mahasiswa dituntut belajar dirumah dengan serba keterbatasan.
Belum lagi ketika jaringan internet mengganggu aktivitas kuliah, apalagi bagi teman-teman yang sedang pulang kampung dan rumahnya berada di daerah pelosok. Mereka akan sangat merasa kesulitan ketika sinyal lemah dan jelek. Begitu juga dengan sebagian teman-teman yang bermasalah dengan kuota internet mahal. Tentu saja ada kuota internet murah, namun bagaimana kondisi jaringannya di tempat itu?. Sempat ada hibah kuota paket edukasi 30 GB dari beberapa provider, tapi kuota tersebut hanya bisa digunakan di aplikasi tertentu yang sama sekali tidak bisa kita gunakan untuk aktivitas perkuliahan.
Meskipun ada beberapa kendala yang membuat mahasiswa bosan dengan kuliah daring, namun, ada hal yang menyenangkan dari kuliah ini. Perkuliahan bisa dilakukan dimana saja. Jadi, mahasiswa tidak harus monoton harus berkumpul dalam satu ruangan. Ini menjadi hal yang paling menyenangkan bagi teman-teman yang kuliahnya suka telat karena rumah jauh dan bagi yang suka izin karena ada kepentingan. Di samping itu, perkuliahan ini juga bisa membuat kita semakin melek teknologi, mengikuti perkembangan dan kemajuan IT, sehingga kita bisa bersaing dengan dunia luar.
Lebih menyenangkan lagi dari kuliah daring, yaitu kita mempunyai waktu banyak waktu luang untuk mengerjakan hal lain yang bermanfaat, misalnya family time, berolahraga, mengasah skill memasak, belajar bahasa asing dan beragam aktivitas lainnya. Tugas dan pekerjaan jangan diambil pusing, lebih baik dikerjakan dengan semangat.
Begitulah kiranya sedikit gambaran tentang pembelajaran yang kita jalani saat pandemi berlangsung. Jika kita menganggap berat pembelajaran daring, maka akan berat pula kita untuk menjalaninya. Jadi, tetap tenang dan jalani dengan semestinya. Semangat!
*) Penulis adalah Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Semester IV, IAIN Madura.