MediaJatim.com, Jember-Indonesia memang mempunyai kekayaan alam yang melimpah. Salah satunya adalah buah ciplukan. Ciplukan biasa tumbuh di tanah lembab seperti pinggir selokan, kebun dan sebagainya. Ia dulu dianggap sebagai gulma sehingga tanaman tersebut sering dicabut oleh petani karena hanya mengotori tanaman inti.
Namun sesungguhnya, buah ciplukan bernilai ekonomi tinggi. Buktinya saat ini buah asli Indonesia itu dijual di toko modern berjaringan dengan nama golden berry. Kemasannya bagus, dengan bandrol yang lumayan mahal.
“Padahal dulu, kita mengangap itu (buah ciplukan) tidak ada apa-apanya, sehingga sering kita buang,” ungkap Ifan di Jember, Senin (4/5/2020).
Bagi alumnus SMAN 2 Jember itu, buah ciplukan tidak asing lagi. Sebab ia lahir di desa. Saat anak-anak ia terbiasa main di kebun, sawah, dan sering menemukan pohon ciplukan. Tapi pohon yang (dulu) tidak berharga itu, dibiarkan saja atau dicabut untuk dibuang begitu saja.
“Dulu saat musim panen kedelai (palawija), kalau ikut ke sawah, terkadang kita nikmati buah ciplukan sebagai pelepas dahaga. Dan waktu itu pohon ciplukan ditebang dan dibuang karena tidak bernilai, dianggap hanya sebagai cemilan di tengah panasnya terik matahari,” kenangnya.
Selain enak untuk cemilan, golden berry ternyata mempunyai kandungan manfaat kesehatan yang luar biasa, misalnya antioksidan yang cukup tinggi serta vitamin dan mineral, di antaranya vitamin A, C, dan zat besi. Karena itu golden berry termasuk salah satu superfood yang banyak dicari di seluruh dunia.
Menurut Bakal Calon Bupati Jember itu, dari kasus ciplukan tersebut, bisa ambil pelajaran bahwa sesuatu yang tidak bernilai, tapi bisa memiliki nilai dan tempat terbaik karena dikelola dan dipasarkan dengan baik.
Selain ciplukan, Jember juga memiliki banyak potensi alam yang cukup bernilai, misalnya durian, dan sebagainya.
“Jember memiliki potensi yang hebat, dan saatnya kita memaksimalkan semua potensi yang ada. Dan Insyaallah Jember kedepan akan mendapatkan nilai dan tempat terbaik di Indonesia,” pungkas Ifan yakin.
Reporter: Ardiansyah
Redaktur: Sulaiman