Dibanding Tahun Lalu, Produksi Perikanan Tangkap di Pacitan Turun 15%

Media Jatim

MediaJatim.com, Pacitan – Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada Januari-Mei 2020 baru mencapai 12,3%, atau hampir 1.300 ton dari target yang telah ditetapkan di tahun ini sebesar 10.500 ton.

Kondisi tersebut, jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2019 lalu pada hitungan bulan yang sama, justru mengalami penurunan sekitar 15%, dengan nilai produksi sekitar 8%.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perikanan Kabupaten Pacitan, produksi perikanan tangkap pada Januari-Mei 2020 tercatat ada 1.288 ton, dengan nilai produksi Rp18,064 miliar. Sedangkan di tahun 2019 pada hitungan bulan yang sama, tercatat mencapai 1.521 ton dengan nilai produksi sebesar Rp19, 633 miliar.

Baca Juga:  Launching BUMMAS As Salam Desa Bandar Pacitan Diwarnai Bazar

“Target produksi tahun ini 10.500 ton, dan pencapaian produksi terhadap target hingga Mei 2020 ini baru 12,3%. Kalau jenis ikan produksi utama masih didominasi ikan cakalang, layang, tuna, tongkol dan layur,” ujar Bambang Mahendrawan, Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Perikanan Pacitan, kepada Media Jatim, Senin (8/06/2020).

Meski tidak menjelaskan secara rinci faktor penyebab penurunan produksi perikanan tangkap tersebut. Namun, jika dilihat dari data jumlah perahu nelayan dan yang beroperasi dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini, juga mengalami penurunan.

“Tahun 2019 jumlah perahu berukuran di bawah 5 gross tonnage (GT) ada 1.482 unit, turun 20% menjadi 1.185 unit, dan yang beroperasi sekitar 50%. Kemudian kapal 5-10 GT (sekoci) dari 50 unit turun menjadi 27 unit dan yang beroperasi 19 unit. Sedangkan kapal slerek dari 36 unit turun menjadi 26 unit dan yang beroperasi hanya 11 unit,” terangnya.

Baca Juga:  Polsek Cluring Tangkap 4 Penjudi Remi di Cemetuk

Tidak menutup kemungkinan, hal itu dapat menjadi salah satu alasan kuat terhadap penurunan hasil produksi perikanan tangkap di Pacitan. Selain itu, jika merujuk informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tidak sedikit cuaca ekstrem yang telah terjadi pada Januari-Mei 2020. Terlebih, di tahun ini adanya bencana wabah Coronavirus desease (Covid-19), yang juga membuat nelayan mengurangi aktivitas melaut karena beberapa hal.

Reporter: Sigit

Redaktur: Zul